Seperti biasa, Darwin, seorang direktur
sebuah perusahaan ternama yang sangat sibuk, pulang larut malam. Tak
seperti biasanya, Galang, putra pertamanya yang baru duduk dikelas dua
SD yang sudah lama menunggu kepulangannya langsung membukakan pintu.
‘Lho.. Kok belum tidur?’ tanya Darwin
dengan sedikit kaget melihat putranya yang membukakan pintu. Biasanya
saat Darwin pulang dari kantor Galang sudah tertidur lelap dan mereka
akan bertemu keesokan paginya saat Galang akan pergi ke sekolah.
‘Galang menunggu Papa’
‘Emang mau ngapain?’
‘Galang mau tanya berapa gaji Papa?’
‘Galang mau tanya berapa gaji Papa?’
‘Kok nanya-nanya gaji Papa, buat apa?’
‘Cuma pengen tau aja’
‘Ah.. sudahlah, pergi tidur sana, sudah malam’
‘Nggak mau Pa, jawab dulu’
‘Hm.. baiklah, Papa digaji 12 juta perbulan dengan jam kerja 10 jam perhari’
Mendengar jawaban itu, Galang lari ke
kamarnya. Tak lama, ia kembali dengan sebuah pena dan selembar kertas
berisi hasil sebuah perhitungan. ‘Barusan Galang menghitung-hitung gaji
Papa dan ternyata Papa dibayar 40 ribu rupiah perjam, termasuk pada hari
sabtu dan minggu’
‘Wah, anak Papa memang pintar, tapi buat apa Galang hitung gaji Papa?
Bukannya menjawab pertanyaan Papanya, tapi Galang malah meminjam uang 5 ribu rupiah.
‘Buat apa malam-malam begini minta uang?’
‘Bukan minta Pa, minjam’
‘Iya, buat apa? Beli mainan? Mana ada malam-malam begini?’
‘Lima ribu aja Pa, nanti Galang ganti dari hasil menabung’
‘Sudahlah, pergi tudur sana’
‘Tidak mau Pa, Galang belum ngantuk’
‘Sudah malam Galang, besok aja ya’
‘Lima ribu aja Pa, Galang butuhnya malam ini’
Kesabaran Darwin habis. ‘Papa bilang tidur!’ Galang terkejut akan hardikan Papanya dan berlari sambil menangis menuju kamarnya.
Selepas mandi, Darwin menyesali sikapnya
tadi dan mendatangi kamar tidur anaknya. Ternyata Galang belum tidur,
ia masih terisak dibalik selimut.
Darwin mengelus kepala anaknya, ‘Maafkan
Papa ya, Papa sayang kok sama Galang, sayaaang banget. Emangnya uang
lima ribu buat apa?’
‘Galang nggak minta uang Pa, tapi minjam’
‘Iya sayang, tapi buat apa?’
‘Galang menunggu Papa sejak sore tadi.
Tapi ibu sering bilang bahwa waktu Papa sangat berharga. Karena itu
Galang perlu tahu berapa gaji Papa. Ternyata perusahaan membayar waktu
Papa yang berharga itu 40 ribu rupiah perjam. Itu berarti 20 ribu rupiah
untuk setengah jam. Galang pinjam 5 ribu karena Galang cuma punya uang
15 ribu. Galang mau beli waktu papa setengah jam aja untuk ajak Papa
main ular tangga.
Darwin terdiam, ia kehilangan kata-kata.
Dipeluknya pria kecil itu erat-erat dengan perasaan haru dan menyesal.
Ia baru menyadari bahwa limpahan harta tidaklah cukup untuk membeli
kebahagiaan anaknya.
———
Seringkali kita tidak menyadari apa yang
dibutuhkan orang terdekat kita secara benar. Kita selalu merasa sudah
bertindak dan berperilaku dengan benar, dan sudah memenuhi semua
kebutuhan mereka tanpa pernah mencari tahu apa sesungguhnya yang mereka
butuhkan.
Sesungguhnya, berapapun banyaknya uang yang kau miliki tak akan mampu untuk membeli kebahagiaan untuk dirimu dan orang-orang disekitarmu.
No comments:
Post a Comment