يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون
Hai manusia, beribadalah kepada Tuhan kalian Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kalian bertakwa.
1). Setelah memaparkan 3 (tiga) golongan manusia—manusia taqwa (ayat
2-5), manusia kafir (ayat 6-7), dan manusia munafiq (ayat 8-20)—kini
Allah menyeru kepada seluruh manusia untuk memilih menjadi manusia
golongan pertama: manusia taqwa. Sekaligus Dia menjelaskan bahwa untuk
menjadi manusia taqwa, caranya cuma satu: manusia harus beribadah kepada
Rab-nya. Kenapa mesti kepada Rab? Karena Dia-lah Rabbul ‘alamyn,
satu-satunya yang pantas menerima pujian di seluruh jagad alam (lihat
kembali pembahasan di 1:2), yang berada dibalik penciptaan seluruh
realitas, alam ghayb dan alam syahadah. Sementara manusia sendiri hanya
tercipta dari dua unsur alam tersebut. Jasmani atau tubuh kasarnya
tercipta dari alam syahadah (tanah), dan ruhani atau tubuh halusnya
tercipta dari alam ghayb (ruh). Sehingga praktis tidak ada realitas yang
menyusun penciptaan manusia yang keluar dari wilayah kekuasaan Rabbul
‘alamyn. Maka perintah penyembahan di ayat ini harus dimaknai sebagai
seruan Allah kepada manusia agar mengharmonisasikan dirinya dengan
seluruh realitas.
2). Dari pembahasan poin 1 tadi bisa difahami bahwa perintah
penyembahan—اعْبُدُواْ (I'buduw)—di ayat ini adalah dalam pengertiannya
yang seluas-luasnya. Bukan dalam pengertiannya yang sempit, seumpama
salat, puasa, haji, dan sebagainya, seperti banyak difahami oleh
kebanyakan orang beragama dan penguasa. Karena kalau dibatasi hanya
dalam pengertiannya yang sempit seperti itu, jelas tidak akan terjadi
harmonisasi antara manusia dan seluruh realitas yang melingkupinya.
Harmonisasi hanya terwujud manakala terjadi relasi paripurna di antara
keduanya. Sekularisasi muncul justru dari pembatasan ruang lingkup
ibadah. Makanya jangan pernah berharap kalau sekularisme bisa
menciptakan hubungan harmonis antara manusia dan alam sekitarnya.
3) Kata النَّاسُ (annās, manusia) sebagai obyek seruan Allah,
menunjukkan keumuman seruan tersebut. Artinya seluruh manusia, tanpa
kecuali, kapanpun dan dimanapun, harus menerima seruan ini. Karena tanpa
menerima seruan ini, manusia sendiri yang akan merasakan akibatnya,
yaitu disharmonisasi dalam kehidupannya. Semakin besar disharmonisasi
ini semakin fatal juga akibatnya bagi manusia dan kemanusiaan. Maka dari
itu, ketika Allah menyebut diri-Nya sebagai Rab, Dia juga sekaligus
menjelaskan seperti ini: الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ
(Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu). Maksudnya,
Allah menyampaikan seruan ini kepada manusia di sepanjang rentang
sejarahnya. Perintah penyembahan inilah yang menjadi prinsip kesamaan
tujuan diutusnya seluruh nabi dan rasul. Derajat akseptasi dan responsi
terhadap seruan umum inilah nantinya yang kemudian melahirkan kekhususan
yang disebut manusia takwa. Dengan demikian, tak terhindarkan di sini
adanya strata. Dan inilah strata yang paling rasional, strata yang tidak
akan melahirkan ketidakadilan dan kezaliman. Strata berdasarkan
ketakwaan.
4). Penggunaan kata لَعَلَّكُمْ [la’alakum, mudah-mudahan kalian
(menjadi manusia taqwa)] menghibur kita bahwa walaupun ibadah itu
perintah langsung dari Allah, Rabbul ‘alamin, tetapi Dia sendiri membuka
keran kebebasan itu seluas-luasnya kepada manusia: taat atau ingkar.
Dan seandainya pun memilih untuk taat, Allah masih membuka peluang yang
seluas-luasnya untuk melakukan ibadah (niat dan jenisnya) seperti apa.
Karena toh derajat akseptasi dan responsi terhadap seruan ibadah inilah
nantinya yang kemudian melahirkan strata paling rasional: manusia takwa.
Kalau sifatnya dipaksakan, tentu tidak bisa lagi disebut strata paling
rasional. Dan ini adalah tipologi perintah Allah berkaitan dengan ibadah
(umum atau khusus).
AMALAN PRAKTIS
Apabila Anda selama ini beribadah kepada Allah karena merasa itu sebagai suatu kewajiban, maka saatnya sekarang Anda meninggalkan cara pandang seperti itu. Allah tidak butuh kepada ibadah Anda. Dia sudah sempurna dalam diri-Nya. Ibadah adalah kebutuhan pribadi Anda.
No comments:
Post a Comment