أُوْلَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرُوُاْ الضَّلاَلَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَت تِّجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُواْ مُهْتَدِينَ
Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka
tiadalah beruntung perniagaannya dan mereka tidak mendapat petunjuk
1). Jual beli atau barter artinya tukar-menukar antara sesuatu dengan
sesuatu yang lain. Kalau kita membeli sesuatu, maka kita menyerahkan
uang kita kepada pemilik sesuatu itu, baru kemudian kita mengambil
sesuatu dari penjualnya. Kalau kita barter, berarti kita menyerahkan
barang kita kepada lawan barter kita setelah itu kita ambil barangnya
sebagai ganti dari barang yang kita serahkan tadi. Dengan demikian, baik
dalam jual-beli ataupun barter sama-sama ada pertukaran kepemilikan.
Nah, orang yang mengaku beriman kepada Allah dan Hari Akhir (ayat 8)
adalah orang yang menggunakan ‘iman’ sebagai mata uangnya untuk bisa
diterima ‘bergabung’ ke dalam masyarakat orang beriman (ayat 14) agar,
dengan begitu, mereka bisa melancarkan makarnya di tengah-tengah orang
beriman. ‘Iman’ adalah الْهُدَى (al-hudā, PETUNJUK), ‘makar’ adalah
الضَّلاَلَةَ (adh-dholālah, kesesatan). Mereka ‘menyerahkan’
PETUNJUK-nya demi keberhasilan perjuangannya untuk menyesatkan orang
yang sudah beriman.
2). Perniagaan seperti ini tidak pernah beruntung. Alasannya, mereka
(orang munafiq itu) ‘menyerahkan’ الْهُدَى (al-hudā, PETUNJUK,
al-Qur’an) yang nilai kebaikannya tak bisa diukur untuk mendapatkan
الضَّلاَلَةَ (adh-dholālah, kesesatan) yang tak punya nilai kebaikan
sama sekali. Membandingkan keduanya dengan berlian sebesar bola bumi dan
sebutir pasir pun belum pantas. Karena bagaimana mungkin membandingkan
sesuatu yang nilainya tak-terhingga dengan sesuatu yang tidak punya
nilai sama sekali. Bagaimana mungkin membandingkan cahaya dengan
kegelapan. Jangankan membandingkan, menghadirkan keduanya di satu tempat pada
saat yang sama pun tidak mungkin. Sama tidak mungkinnya menyatukan
antara yang ADA dan yang TIDAK-ADA. Allah mengajarkan kita: “Allah
sama sekali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah qalbu dalam
rongga(jiwa)nya (untuk menampung dua hal yang saling bertentangan satu
sama lain).” (33:4)
Berhati-hati, waspada, sebab sebagai pedagang profesional, mereka mengemas barang dagangannya sedemikian rupa sehingga kebanyakan manusia tidak mengenalnya: “Di antara orang-orang Arab (Badui) yang ada di sekelilingmu (Muhammad), ada orang-orang munafik; dan (juga) di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafikannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka, (tetapi) Kami-lah yang mengetahui mereka…” (9:101)
4). Agar jangan kena tipu oleh orang munafiq dengan perniagaannya yang begitu menggiurkan, maka Allah menawarkan satu-satunya perniagaan yang bukan saja tidak membawa kerugian tapi sekaligus menghindarkan manusia dari azab yang pedih—seperti azab yang dirasakan oleh mereka (ayat 10). “Wahai orang-orang yang beriman, maukah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?” (jawaban pertama, yaitu) kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu jika kalian mengetahuinya.” (61:10-11) Jawaban berikutnya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (al-Qur’an) dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” (35:29)
AMALAN PRAKTIS
Anda boleh membaca buku apa saja dan mengaji di mana saja. Tetapi tetaplah waspada. Karena, menurut ayat ini, tidak sedikit orang yang menjadikan agama sekedar sebagai topeng, sebagai barang dagangan, untuk mengecoh orang mukmin agar mau mengikuti agenda mereka yang tersembunyi dengan rapih di balik jubah mereka.
No comments:
Post a Comment