Jawa Barat yang terkenal dengan budaya sunda, budaya sunda terasa kental
sekali melekat pada masyarakat Jawa Barat mulai dari bahasa yang unik ,
tarian jaipongnya yang sudah terkenal dan wayang goleknya yang juga
unik dan mengagumkan, yang tidak kalah mengagumkan adalah angklung ini
adalah alat musik yang terbuat dari bambu yang menghasilkan suara khas
yang tiada duanya.
ANGKLUNG
Angklung
adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional
berkembang dalam masyarakat berbahasa Sunda di Pulau Jawa bagian barat.
Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan
(bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan
bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap
ukuran, baik besar maupun kecil. Angklung terdaftar sebagai Karya Agung
Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November
2010.
TARI JAIPONG
Tari
ini diciptakan oleh seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira,
sekitar tahun 1960-an, dengan tujuan untuk menciptakan suatu jenis musik
dan tarian pergaulan yang digali dari kekayaan seni tradisi rakyat
Nusantara, khususnya Jawa Barat. Meskipun termasuk seni tari kreasi yang
relatif baru, jaipongan dikembangkan berdasarkan kesenian rakyat yang
sudah berkembang sebelumnya, seperti Ketuk Tilu, Kliningan, serta
Ronggeng. Perhatian Gumbira pada kesenian rakyat yang salah satunya
adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul
perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada
Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan,
nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian menjadi
inspirasi untuk mengembangkan kesenian jaipongan.
Sebelum
bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang
melatarbelakangi terbentuknya tari pergaulan ini. Di kawasan perkotaan
Priangan misalnya, pada masyarakat elite, tari pergaulan dipengaruhi
dansa Ball Room dari Barat. Sementara pada kesenian rakyat, tari
pergaulan dipengaruhi tradisi lokal. Pertunjukan tari-tari pergaulan
tradisional tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng
dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi
untuk hiburan atau cara bergaul. Keberadaan ronggeng dalam seni
pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran.
Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda,
diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni
pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur
sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah
kulanter, tiga buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak
tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang
sederhana sebagai cerminan kerakyatan.
Seiring
dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton
yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub)
beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah
Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan
Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya
maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian
sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi
tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang,
di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng
Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola
tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan,
nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi
dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari
Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet
adalah Tayuban dan Pencak Silat.
Tarian
ini mulai dikenal luas sejak 1970-an. Kemunculan tarian karya Gugum
Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena
dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya pertama
Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, baik
dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi
populer dengan sebutan Jaipongan.
WAYANG GOLEK
Wayang
adalah bentuk teater rakyat yang sangat popular. Orang sering
menghubungkan kata “wayang” dengan ”bayang”, karena dilihat dari
pertunjukan wayang kulit yang memakai layar, dimana muncul
bayangan-bayangan. Di Jawa Barat, selain wayang kulit, yang paling
populer adalah wayang golek. Berkenaan dengan wayang golek, ada dua
macam diantaranya wayang golek papak (cepak) dan wayang golek purwa yang
ada di daerah Sunda. Kecuali wayang wong, dari semua wayang itu
dimainkan oleh seorang dalang sebagai pemimpin pertunjukan yang
sekaligus menyanyikan suluk, menyuarakan antawacana, mengatur gamelan
mengatur lagu dan lain-lain.
KECAPI
Kacapi
merupakan alat musik Sunda yang dimainkan sebagai alat musik utama
dalam Tembang Sunda atau Mamaos Cianjuran dan kacapi suling.
Kata
kacapi dalam bahasa Sunda juga merujuk kepada tanaman sentul, yang
dipercaya kayunya digunakan untuk membuat alat musik kacapi.
TARI MERAK
No comments:
Post a Comment