ulaa-ika ‘alaa hudan min rabbihim waulaa-ika humu almuflihuuna
Artinya :
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung
Orang-orang yang mempunyai sifat-sifat yang lima (5) di atas adalah orang orang yang mendapat petunjuk dan bimbingan Allah SWT. dan merekalah orang-orang yang akan merasakan hasil iman dan amal mereka di akhirat nanti, mereka memperoleh keridhaan Allah dan tempat tinggal mereka di akhirat ialah di surga yang penuh kenikmatan.
Ayat ini persis sama dengan Surat Luqman (31) ayat 5 (juga), yang juga didahului oleh 4 ayat yang hampir sama bunyinya. Dari situ kita terlusuri bahwa dari 12 kata الْمُفْلِحُون (al-muflihuwn) dalam al-Qur’an selalu didahului oleh isim isyārah lil ba’id—dalam bentuk jamak: أُوْلَئِكَ (uwlāika). Ini menunjukkan bahwa الْمُفْلِحُون (al-muflihuwn) selalu berada dalam posisi ditunjuk, yang mengindikasikan adanya identitas yang melekat pada dirinya. Identitas-identitas itu ialah: bertaqwa (2:5), ber-amar ma’ruf nahi munkar (3:104), berbobot timbangan amalnya (7:8 dan 23:102), memuliakan dan membantu (tugas) Nabi serta mengikuti cahaya (ruhani) kenabiannya (7:157), berjihad dengan harta dan diri (9:88), bersikap sami’na wa atha’na (kami dengar dan kami patuh) terhadap hukum Allah dan Rasul-Nya (24:51), semata mencari ‘wajah’ Allah di semua ibadah sosialnya (30:38), selalu berbuat ihsan (baik) sebagai refleksi dari keberpegangannya kepada PETUNJUK Kitab Suci (31:5), menjadi hizbullah (partai Allah)—menentang keras semua bentuk kejahatan terhadap kemanusiaan, siapapun pelakunya (58:22), dan, terpelihara dari sifat kikir dengan mendahulukan kepentingan orang lain ketimbang dirinya sendiri (59:9 dan 64:16).Kata الْمُفْلِحُون (al-muflihuwn) berasal dari fa-la-ha (to till, to cultivate, to plow) yang merujuk kepada pekerjaan petani: mengolah, membajak, menenggala, meluku lahan pertanian hingga semuanya beres, bersih, dan siap ditanami. Makanya petani disebut فلاح(fallāh, success, prosperity, sukses, menang, bahagia, makmur) karena setelah bekerja keras (di bawah hujan dan terik) membajak sawah, tapi hanya dengan menanam satu benih bisa menuai beribu-ribu buah. Dari sini kita lihat bahwa الْمُفْلِحُون (al-muflihuwn) meniscayakan adanya kerja keras (mujahadah) baru kemudian bisa menuai hasil. Kerja keras yang dimaksud ialah mensucikan diri (dengan membiasakan amal ibadah) dari berbagai kotoran jiwa yang dimunculkan oleh egosentrisme, materialism, dan hedonisme. Itu sebabnya bentuk aktif dari kata fa-la-ha umumnya bermakna pensucian dan penumbuhan sifat-sifat baik dari jiwa: qad aflahal mu’minuwn (sungguh berbahagialah orang mukmin, 23:1), qad aflaha man tazakkā (sungguh berbahagialah orang yang terus-menerus menumbuhsuburkankan jiwanya, 87:14), qad aflaha man zakāha (sungguh berbahagialah orang yang telah menumbuhsuburkan jiwanya, 91:9). Kalau lahan pertanian tumbuh subur dengan air dari langit, maka lahan jiwa akan tumbuh subur dengan wahyu dari ‘langit’.
AMALAN PRAKTIS : Ketahuilah bahwa jiwa Anda itu bagai lahan pertanian. Tergantung Anda mau menanam apa: tanaman berduri atau tanaman berproduksi. Maka kalau mau masuk ke dalam golongan الْمُفْلِحُون (al-muflihuwn), Anda harus membajak jiwa Anda hingga bersih kemudian menumbuhsuburkannya dengan membiasakan amal ibadah secara ikhlas dan istiqomah.
No comments:
Post a Comment