Sesungguhnya Tuhan ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya. —Kejadian 28:16
Lukas 7
_____________________________________________________
Saya terpikir tentang teladan dari biarawan Lawrence, yang selama bertahun-tahun bekerja di dapur untuk mencuci mangkok dan panci, dan memperbaiki sandal milik para biarawan lain. Ia menulis: “Sesering yang saya mampu, saya menempatkan diri sebagai penyembah di hadapan-Nya, mengarahkan pikiran saya pada kehadiran-Nya yang kudus.”
Itu menjadi tugas kita juga. Namun kita lupa dan terkadang perlu pengingat tentang kehadiran-Nya. Saya telah menancapkan sebatang paku tua pada rak di atas meja saya untuk mengingatkan saya bahwa Yesus yang telah disalibkan dan dibangkitkan itu senantiasa hadir. Tugas kita adalah mengingat untuk “senantiasa memandang kepada Tuhan” (Mzm. 16:8)—untuk menyadari bahwa Dia menyertai kita sampai kepada “akhir zaman” (Mat. 28:20) dan bahwa Dia “tidak jauh dari kita masing-masing” (Kis. 17:27).
Tindakan mengingat ini mungkin sesederhana menyegarkan kembali ingatan kita bahwa Tuhan telah berjanji untuk menyertai Anda di sepanjang hari dan berkata kepada-Nya, “Selamat Pagi,” atau “Terima Kasih,” atau “Tolong!” atau “Aku mengasihi-Mu, Tuhan.” —DHR
Begitu dekat, sangat dekat dengan Allah—
Aku tak bisa lebih dekat lagi:
Namun melalui pribadi Putra-Nya,
Aku dekat, sedekat Putra-Nya itu. —Paget
Aku tak bisa lebih dekat lagi:
Namun melalui pribadi Putra-Nya,
Aku dekat, sedekat Putra-Nya itu. —Paget
Allah itu jauh lebih dekat daripada sahabat kita yang terdekat sekalipun.
No comments:
Post a Comment