Friday, October 19, 2012

19/10 QS. AL-BAQARAH (2) : 1 - 2

Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Ayat 1-2

الم
1.  Alif Lam Mim.
ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
2. Inilah Kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, kitab yang mengandung petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.

Lima ayat pertama dari surah al-Baqarah menggambarkan serta mendefinisikan kaum mukmin yang beriman kepada rahmat dan keadilan Allah. Mereka adalah kaum yang dengan hati-hati menjaga ketakwaannya, agar dapat menggapai Realitas serta batasan-batasan hukumnya. Dua ayat berikutnya berbicara tentang orang-orang yang menutup-nutupi kenyataan (kata "kafirun" berasal dari kata kafara yang memiliki arti menutupi, menyembunyikan). Sedangkan tiga belas ayat berikutnya, membahas tentang kemunafikan.

Ada berbagai penafsiran tentang Alif Lam Mim yang mengawali surah ini. Salah satu penafsiran menyatakan bahwa ketiga huruf tersebut menyimbolkan modul-modul dasar untuk memahami dan mengkomunikasikan makna penciptaan. Huruf adalah unsur pembangun bahasa yang, jika dirangkai secara kreatif, menjadi sarana untuk menyampaikan informasi kepada manusia. Contoh modul dasar yang lain adalah kode genetik yang mengandung serta menjelaskan seluruh struktur biologis setiap makhluk.
"Kitab ini," kata Allah. Hanya ada Kitab ini. Ke mana pun manusia memandang, yang terbentang adalah Kitab ini. Dalam maknanya yang terluas, Kitab ini adalah firman Allah, realitas penciptaan paripurna. Tidak ada "keraguan di dalamnya." Kitab ini mutlak dan meliputi segalanya, karena ia mencakup dunia fisik dan juga mencakup dunia gaib.
Orang yang memelihara dirinya dengan ketakwaan— karena jalan Allah mutlak dan tak dapat ditawar-tawar— akan menghindari segala sesuatu yang tidak memberikan hal positif. Pengalamannya memberitahukan dia akan hal tersebut. Dalam keadaan takwa penuh kepada Allah, seseorang menjadi sadar akan kehadiran yang Esa, Realitas yang berada di luar jangkauan ruang dan waktu.


AMALAN PRAKTIS :

Jika Anda membaca al-Qur’an kemudian di benak Anda muncul keraguan pada ayat tertentu, cobalah membalik keadaan itu dengan menjadikan diri Anda sebagai obyek keraguan tersebut. Keraguan itu muncul sangat mungkin karena Anda bermasalah secara ruhani, terutama dalam kaitannya dengan kesucian jiwa. Cobalah jujur pada diri sendiri, sebelum ‘curiga’ pada al-Qur’an.


No comments:

Post a Comment