Wednesday, October 31, 2012

31/10 BACA: MAZMUR 32 : 1 - 11



Aku berkata: “Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. —Mazmur 32:5
Lukas 18-21
__________________________________________________________

Sesuatu  Yang Disembunyikan


Jika Anda memiliki sesuatu untuk disembunyikan, Mike Slattery mungkin punya jalan keluarnya. Beberapa tahun silam, sebuah perusahaan telepon seluler ingin mendirikan antena di atas tanah milik Mike dan menyamarkannya seperti sebatang pohon pinus. Mike punya gagasan yang lebih baik dan membangun sebuah lumbung palsu dengan panel-panel vinil (serat sintetis yang tahan api) yang membuatnya dapat dilewati gelombang radio. Lalu ia mengembangkan konsep tersebut dan membangun suatu perusahaan yang mendirikan bangunan untuk menyembunyikan antena demi alasan estetika dan keamanan. Mike yakin bahwa banyak tetangganya masih tidak tahu apa yang terdapat di dalam lumbungnya (dari surat kabar The Gazette, Colorado Springs).
Kebanyakan dari kita berusaha menyembunyikan sesuatu. Hal itu bisa jadi adalah sesuatu yang tidak berbahaya seperti barang rongsokan di ruang bawah tanah atau sebaliknya sesuatu yang beracun seperti kejatuhan moral dan rohani yang kita coba sembunyikan dari orang lain, dari diri sendiri, dan bahkan dari Allah.
Dalam Mazmur 32, Daud menggambarkan kesia-siaan usahanya untuk menutupi dosanya (ay.3-4) dan kelegaan yang diterimanya setelah ia mengakui isi hatinya kepada Tuhan: “‘Aku akan mengaku kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku,’ dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku” (ay.5).
Mengakui dosa-dosa kita kepada Allah dan meninggalkan semua itu akan memberikan kelegaan bagi jiwa kita dan kesadaran bahwa tidak ada sesuatu pun yang perlu kita sembunyikan. —DCM

Tuhan Yesus, tolonglah aku datang kepada-Mu
Saat aku tergoda untuk pergi dan menyembunyikan
Jalan hidupku yang berdosa dan bebal;
Ampuni dan sucikan kembali batinku. —Sper
Kapan pun kita siap untuk mengungkapkan dosa-dosa kita, Allah siap untuk mengampuninya.

TAMBO ACEH

 

Tambo adalah alat musik tradisional Aceh.  Tambo terbuat dari batang iboh, kulit sapi, dan rotan sebagai alat peregang kulit. Bentuknya sejenis tambur dan dimainkan dengan cara dipukul.

Pada zaman duhulu, tambo berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menandakan datangya waktushalat dan untuk mengumpulkan warga ke meunasah guna membicarakan masalah-masalah-masalah yang ada dalam suatu kampung. Saat ini, tambo sudah jarang digunakan karena adanya teknologi modern berupa mikrofon.

BEHEL GIGI

Fenomena behel sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2001, ketika telenovela Betty la Fea ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta. Namun, sosok Betty yang terlihat jelek dan kampungan dalam telenovela tersebut membuat persepsi masyarakat terhadap pengguna behel menjadi buruk. Setiap orang yang menggunakan behel pada tahun 2001-2003 seringkali dihina dan pasti dijuluki “Betty la Fea”.

Namun, berbeda halnya dengan zaman sekarang. Orang-orang yang menggunakan behel akan dianggap sebagai orang yang gaul, gaya, dan keren. Kemudian, behel ini pun sering dijadikan salah satu simbol status. Dengan harga pemasangan behel yang merogoh kocek cukup dalam tentunya menjadi sebuah kebanggaan bagi para pengguna behel karena tidak semua orang bisa menggunakan behel.

Behel pun kini menjadi sebuah tren yang fenomenal bagi anak muda. Selain untuk merapikan gigi, behel atau kawat gigi ini pun berfungsi sebagai aksesoris yang fashionable serta melambangkan status sosial. Kesan yang ditimbulkan jika seseorang menggunakan kawat gigi ialah trendi dan fashionable.

Tapi tahukah Anda, ada berbagai hal yang perlu diketahui  sebelum Anda memutuskan untuk memakai behe, di antaranya:

 Kegunaan Memasang Behel 

Sebenarnya, tujuan pelurusan gigi yang telah lama dipikirkan oleh Aristoteles dan Hipocrates adalah agar susunan gigi manusia sesuai dengan susunan gigi sebagaimana mestinya.Dengan susunan gigi yang rapi, maka fungsi kunyah akan berjalan dengan baik. Selain itu, gigi yang rapi juga meminimalisir terjadinya lubang dan karang pada gigi.



Tidak berbeda jauh dengan di atas, menurut kalangan dokter gigi, behel sebenarnya ditujukan untuk merapikan letak dan susunan gigi. Gigi yang menumpuk dan tidak rata dapat menimbulkan berbagai masalah, diantaranya kebersihan dan bau mulut. Selain itu, behel dapat bermanfaat untuk memperbaiki mekanisme mengunyah, pencernaan, pengucapan dalam bertutur, serta memperbaiki penampilan wajah.

Pasang Behel Itu Tidak Mudah

Perlu diketahui juga bahwa pemasangan behel tidak semudah bayangan orang. Karena diperlukan prosedur yang sangat hati-hati, melalui proses pemeriksaan, foto susunan gigi, hingga membuat cetakan gigi pasien agar diketahui bagian-bagian yang memang memerlukan perbaikan. Selain itu, pemasangan behel memang harus dilakukan kepada ahlinya, agar tidak menimbulkan efek samping.

Bahaya Memasang Behel

Bahaya / efek buruk yang muncul setelah memasang behel diantaranya, kawat gigi bisa merusak posisi gigi.Tulang yang memegang gigi akan rusak dan bisa membuat gigi goyang. Hal ini merupakan kerugian besar yang tidak bisa dibayar, karena gigi kalau sudah goyang tidak bisa dicekat lagi.

Tips Sebelum Memasang Behel

Hal-hal berikut bisa anda lakukan supaya tidak sembarangan mendapatkan perawatan atau pengobatan gigi yaitu:

1. Pergilah ke tempat yang diakui yaitu di Puskesmas, rumah sakit pemerintah atau RSGM, biaya tidak mahal dan jelas bisa di pertanggungjawabkan mutu serta kualitasnya.

2. Jangan menganggap pengobatan gigi itu mahal, karena ada yang murah dan terjamin mutunya.

3. Peliharalah gigi yang sehat tetap sehat, apabila ada kelainan dan butuh bantuan maka datanglah sedini mungkin dan jangan tunggu sampai parah seperti gigi berlubang.

4. Kontrol kesehatan gigi dan mulut setiap 6 bulan sekali.

UNSUR BUDAYA ACEH



BAHASA

Provinsi Aceh memiliki 13 buah bahasa asli yaitu:
Bahasa Aceh, Gayo, Aneuk Jamee, Singkil, Alas, Tamiang, Kluet, Devayan, Sigulai, Pakpak, Haloban, Lekon dan Nias.

AGAMA

Sebagian besar penduduk di Aceh menganut agama Islam. Dari ke 13 suku asli yang ada di Aceh hanya suku Nias yang tidak semuanya memeluk agama Islam. Agama lain yang dianut oleh penduduk di Aceh adalah agama Kristen yang dianut oleh pendatang suku Batak dan sebagian warga Tionghoa yang kebanyakan bersuku Hakka. Sedangkan sebagian lainnya tetap menganut agama Konghucu.Selain itu provinsi Aceh memiliki keistimewaan dibandingkan dengan provinsi yang lain, karena di provinsi ini Syariat Islam diberlakukan kepada sebagian besar warganya yang menganut agama Islam.

 KESENIAN

Mengutip pendapat "Ismuha dalam buku Bunga Rampai Budaya Nusantara", maka Kesenian Aceh secara umum terbagi dalam seni tari, seni sastra dan cerita rakyat. Adapun ciri-ciri tari tradisional Aceh antara lain; bernafaskan islam, ditarikan oleh banyak orang, pengulangan gerak serupa yang relatif banyak, memakan waktu penyajian yang relatif panjang, kombinasi dari tari musik dan sastra, pola lantai yang terbatas, pada masa awal pertumbuhannya disajikan dalam kegiatan khusus berupa upacara-upacara dan gerak tubuh terbatas (dapat diberi variasi).


 
Beberapa jenis kesenian Aceh diantaranya Zikee, Seudati, Rukoen, Rapai Geleng, Rapai Daboeh, Biola (mop-mop), Saman, Laweut dan sebagainya. Sepintas lalu, kegiatan seni yang dilakukan tersebut bertujuan untuk  hiburan dan rekreasi, namun ternyata, bentuk-bentuk kesenian ini juga mempunyai fungsi ritual, pendidikan, penerangan, sekaligus sebagai sarana untuk mempertahankan keseimbangan dan struktur sosial masyarakat.

Seni lain yang dikembangkan adalah seni kaligrafi Arab, seperti yang banyak terlihat pada berbagai ukiran mesjid, rumah adat, alat upacara, perhiasan, dan sebagainnya. Selain itu berkembang seni sastra dalam bentuk hikayat yang bernafaskan Islam, seperti Hikayat Perang Sabil.

SISTEM KEKERABATAN
 
Kelompok kekerabatan yang terkecil adalah keluarga batih yang terdiri dari ayah,ibu dan anak-anak yang belum menikah. Namun bagi anak laki-laki sejak berumur 6 tahun hubungannya dengan orang tua mulai dibatasi. Proses sosialisasi dan enkulturasi lebih banyak berlangsung di luar lingkungan keluarga.

POLA HIDUP DAN GOLONGAN MASYARAKAT ACEH
 
Bentuk kesatuan hidup setempat yang terkecil disebut gampong (kampung atau desa) yang dikepalai oleh seorang geucik atau kecik. Dalam setiap gampong ada sebuah meunasah (madrasah) yang dipimpin seorang imeum meunasah. Kumpulan dari beberapa gampong disebut mukim yang dipimpin oleh seorang uleebalang, yaitu para panglima yang berjasa kepada sultan.Kehidupan sosial dan keagamaan di setiap gampong dipimpin oleh pemuka-pemuka adat dan agama, seperti imeum meunasah, teungku khatib, tengku bile, dan tuha peut (penasehat adat).

Sedangkan Golongan Masyarakat aceh, pada masa lalu masyarakat Aceh mengenal beberapa lapisan sosial. Di antaranya ada empat golongan masyarakat, yaitu golongan keluarga sultan, golongan uleebalang, golongan ulama, dan golongan rakyat biasa. Golongan keluarga sultan merupakan keturunan bekas sultan-sultan yang pernah berkuasa. Panggilan yang lazim untuk keturunan sultan ini adalah ampon untuk laki-laki, dan cut untuk perempuan. Golongan uleebalang adalah orang-orang keturunan bawahan para sultan yang menguasai daerah-daerah kecil di bawah kerajaan. Biasanya mereka bergelar Teuku. Sedangkan para ulama atau pemuka agama lazim disebut Teungku atau Tengku.


31/10 TINY WISDOM ON RISKS

“It’s not because things are difficult that we dare not venture. It’s because we dare not venture that they are difficult.” -Seneca

Taking the path of least resistance actually requires a lot of resistance. It’s human nature to want to soar! To venture out, explore the world, expand ourselves and our minds and live with passion, enthusiasm and abandon.

You might be doing that already, whatever that means to you. Or you may be containing yourself into a safe, predictable box, assuming everything outside it is far beyond your reach.

It’s not–it’s not nearly as far away as you think.

We’d be kidding ourselves if we pretended the world is without obstacles; but we’d be cheating ourselves if we didn’t acknowledge a lot of them are in our heads.

Today, dare beyond your self-imposed limitations. It’s a lot easier to venture out of your comfort zone when you decide to stop fighting yourself.

31/10 QS. AL-BAQARAH (2): 14

وَإِذَا لَقُواْ الَّذِينَ آمَنُواْ قَالُواْ آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْاْ إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُواْ إِنَّا مَعَكْمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِؤُونَ

 Dan apabila mereka berjumpa orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: ‘Kami telah beriman.’ Dan apabila mereka kembali kepada syaitan-syaitannya, mereka mengatakan: ‘Sungguh kami (tetap) bersama kalian, hanya saja kami memperolok-olok (mereka)’.

 1). Ayat ini kembali menekankan dan sekaligus mengingatkan bahwa argument-argumen yang mereka gunakan sebelumnya (ayat 11, 12, dan 13) adalah bagian dari caranya menipu Allah dan orang-orang beriman (ayat 9). Bagi mereka orang beriman itu adalah orang-orang yang bodoh, kerjanya hanya merusak di bumi; sementara mereka adalah orang-orang yang pintar, kerjanya membangun kehidupan manusia; dan karenanya hanya mereka sajalah yang pantas jadi penguasa, yang pantas mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber daya alam; orang beriman cukup di pojok-pojok masjid yang kerjanya sekedar beribadah kepada Tuhannya. Ayat ini sudah merupakan pemberitahuan terbuka kepada orang-orang beriman agar tidak mempercayai mereka. Sekali percaya kepada mereka, niscaya akan tertipu selama-lamanya.

2). Di dalam al-Qur’an kita menemukan banyak sekali ayat yang membongkar kedok orang-orang munafiq. Tentu saja tujuannya jelas; yaitu caranya Allah menunjukkan cinta dan kasihnya kepada manusia, makhluk-Nya yang ketika menciptakannya Dia memerintahkan seluruh penghuni alam malakut bersujud kepadanya (2:30-34, 7:11, 15:28-29, 38:71-72). Allah tahu bahwa jikalau mereka berkuasa, tidak saja mengeksploitasi sumber daya alam semuanya, tapi juga mengeksploitasi sesamanya manusia. Alih-alih mereka menggunakan kekuasaannya untuk menegakkan keadilan dan memperbaiki harkat dan martabat manusia dan kemanusiaan, mereka bahkan menggunakannya hanya untuk mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya demi memperkuat diri dan kelompoknya agar kelangsungan dinasti mereka tetap terjaga. ‘Iman’ dan ‘ibadah’ mereka tidak lebih dari pembungkus belaka untuk menutupi jati diri mereka yang sesungguhnya.

3). Yang menarik, di ayat ini Allah menyebut mereka sebagai syaitan, padahal mereka bukan jin yang bergentayangan. Bisa difahami bahwa syaitan itu tidak harus berbentuk makhluk ‘halus’. Manusia bisa jadi syaitan. Buktinya, Allah menyebut orang-orang munafiq itu sebagai syaitan-syaitan. Syaitan itu, kata Allah, adalah minal jinnati wan-nās (dari kalangan jin dan manusia, 114:6). Maka siapapun, berpotensi jadi syaitan. Bahkan syaitan yang dimaksud al-Qur’an justru kebanyakan dari kalangan manusia. Karena, menurut al-Qur’an, syaitan itu adalah “musuh yang nyata bagi kalian” (2:168 dan 208, 6:142, 7:22, 12:5, 28:15, 36:60, 43:62). Kalau jin yang bergentayangan, tentu tidak nyata. Syaitan ini, kata Allah, adalah musuh manusia, musuh orang beriman, sehingga kitapun diminta untuk menjadikan syaitan itu sebagai musuh: “Sungguh syaitan itu adalah musuh bagi kalian, maka jadikanlah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan itu hanya mengajak golongannya untuk(sama-sama) menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (35:6)

4). Setelah Allah mengidentifikasi orang-orang munafiq sama dengan syaitan, kini menjadi jelas bagi kita kenapa mereka menjadikan agama dan orang-orang mukmin hanya sebagai barang olok-olokan atau permaian belaka saja. Allah ingin mengatakan, memilih mereka sama dengan memilih syaitan. Memilih syaitan sama dengan turut memperolok-olok dan mempermainkan agama. Turut memperolok-olok dan mempermainkan agama sama dengan turut melakukan kejahatan terhadap manusia dan kemanusiaan. Ujung-ujungnya, kelak akan bersama dengan para syaitan itu di dalam neraka yang menyala-nyala. Untuk itu Allah berpesan: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi pemimpin yang (kepadanya) kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita tentang Muhammad dan orang mukmin), karena persahabatan(mu dengan mereka); padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu (hanya) karena kalian beriman kepada Allah, Tuhanmu…” (60:1)


AMALAN PRAKTIS
Kita boleh bergaul dengan siapa saja. Tetapi tetaplah waspada. Kita wajib menyelamatkan diri kita, tapi lebih wajib lagi menyelamatkan agama kita. Karena di dalam agama itulah terletak kebahgiaan dan kesejahteraan manusia dunia dan akhirat. Maka selalulah memperhatikan dengan siapa Anda bersahabat. Kata Sayyidina Ali kw, manusia dinilai dengan siapa dia bersahabat.

Tuesday, October 30, 2012

30/10 READ : 1 KINGS 11 : 1 - 13

Shine as lights in the world, holding fast the word of life. —Philippians 2:15-16
Bible in a Year:
Luke 14-17
_____________________________________________________
As I waited to make a right-hand turn at a busy intersection, an ambulance appeared over the crest of a hill, speeding in my direction. Someone behind me honked, urging me into the crossroads. I knew the ambulance would be unlikely to stop and that it could have been disastrous to make my turn. So I kept my foot on the brake pedal and stayed put.


Spiritually speaking, we need to “stay put” and remain faithful to God despite pressure from others. King Solomon had to learn this the hard way. He began his reign by asking God for wisdom (1 Kings 3:9), and his prayer at the dedication of the temple revealed his loyalty (8:23,61). But he did not remain committed. He married many foreign women who eventually influenced him to worship other gods. By the end of his life, his “heart was not loyal to the Lord” (11:1-6; Neh. 13:26).


Today, just as in ancient times, people may prompt us to shift our loyalty away from God and His truth. Yet with God’s help we can hold fast to the word of life (Phil. 2:16). If you feel pressured to enter a dangerous intersection of beliefs, study God’s Word, put on His armor (Eph. 6:10-18), and ask the Holy Spirit for help (1 Cor. 2:10-12). Then stand fast with your fellow believers in Christ.


Stand up, stand up for Jesus,
Stand in His strength alone;
The arm of flesh will fail you—
Ye dare not trust your own. —Duffield
To avoid being pulled into error, keep a firm grip on the truth.

4 TIPS MENCEGAH RAMBUT TIPIS

Tanpa kita sadari, akhir-akhir ini makin banyak rambut yang terlepas dari kepala kita. Rontok tanpa sebab yang jelas. Alhasil, kita pun mulai mengalami penipisan rambut. Tentunya, hal ini mulai mengkhawatirkan. Sebab, jelas, rambut yang tebal dan berkilau terlihat lebih indah dibandingkan rambut yang tipis.

Jika demikian keadaannya, tak ada salahnya kita menerapkan salah satu atau lebih dari solusi di bawah ini. Mahkota kita pun akan kembali menunjukkan cahayanya.

1. Konsumsi lebih banyak protein
“Rambut terbuat dari protein,” kata Philip Kingsley, seorang pakar rambut dan kulit kepala di London. Karenanya, pastikan kita tak kekurangan konsumsi senyawa ini. Pastikan kita mengonsumsi daging tanpa lemak, produk susu, ikan, telur, atau keju saat makan, demikian saran Kingsley.

2. Be gentle!
Rambut rontok tanpa sebab? Mungkin ini disebabkan karena kebiasaan kita menguncir rambut terlalu erat. Selain itu, menurut Kingsley, penipisan rambut juga bisa disebabkan karena menyisir terlalu kuat atau menarik rambut terlalu kencang saat mem-blow dry.

3. Check-up
“Terlalu banyak kadar testosteron dalam aliran darah bisa menjadi salah satu penyebab rambut rontok, “ papar seorang pakar naturopati sekaligus penulis buku Natural Choices for Women’s Health, Laurie Steelsmith, ND. Ini bisa dikurangi dengan cara mengonsumsi kedelai lebih banyak.

Selain testosteron, kerontokan rambut juga bisa dikarenakan masalah tiroid. Jadi, jangan sungkan untuk memeriksa ke dokter bila mengalami masalah tiroid.

4. Stimulasi kulit kepala
Menurut Steelsmith, rambut rontok bisa pula disebabkan karena sedikitnya darah menuju folikel rambut. Meningkatnya sirkulasi darah akan meningkatkan nutrisi ke kulit kepala sehingga rambut bisa tumbuh lebih baik. Oleh karena itu penting untuk melakukan pijatan pada kulit kepala. Gunakan teh jahe saat memijat untuk menambah sirkulasi.

~ copas dari :  http://www.dechacare.com

ACEH

Aceh yang mula-mula bernama Aceh Darussalam (1511 - 1959) selanjutnya pernah disebut dengan nama Daerah Istimewa Aceh (1959 - 2001)  dan Nanggroe Aceh Darussalam (2001 - 2009)  dan menjadi provinsi Aceh   (2009 - sekarang) adalah provinsi paling barat di Indonesia. Aceh memiliki otonomi yang diatur tersendiri, berbeda dengan kebanyakan provinsi lain di Indonesia, karena alasan sejarah. 

Daerah ini berbatasan dengan Teluk Benggala di sebelah Utara, Samudra hindia di sebelah Barat, Selat Malaka di sebelah Timur, dan Sumatera Utara di sebelah Tenggara dan Selatan.

Ibu kota Aceh ialah Banda Aceh. Pelabuhannya adalah Malahayati-Krueng Raya, Ulee Lheue, Sabang, Lhokseumawe dan Langsa. 

Provinsi ini memiliki wilayah seluas 57.736,557 km2, didalamnya terdapat kawasan hutan seluas 3.335.613 Ha atau 62 % dari luas daratan terdiri dari hutan lindung dan konservasi 2.697.113 Ha dan kawasan budidaya hutan 638.580 Ha. Puncak tertinggi pada 4.446 m diatas permukaan laut, wilayah laut yang merupakan Zona Ekonomi Exclusif (ZEE) seluas 534.520 km2. Provinsi Aceh memiliki 119 buah pulau, 73 sungai yang besar dan 2 buah danau.

Aceh merupakan kawasan yang paling buruk dilanda gempa dan Tsunami 26 Desember 2004. Beberapa tempat di pesisir pantai musnah sama sekali. Yang terberat adalah Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh jaya, Aceh Barat, Singkil dan Simeuleu.

Aceh mempunyai kekayaan sumber alam seperti minyakbumi dan gas alam. Sumber alam itu terletak di Aceh Utara dan Aceh Timur. Aceh juga terkenal dengan sumber hutannya, yang terletak di sepanjang jajaran BukitBarisan, dari Kutacane, Aceh Tenggara, Seulawah, Aceh Besar, sampai Ulu Masen di Aceh Jaya. Sebuah Taman Nasional, yaitu Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) juga terdapat di Aceh Tenggara.


RAGAM BUDAYA

Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki aneka ragam budaya yang menarik khususnya dalam bentuk tarian, kerajinan dan perayaan. Di Provinsi Aceh terdapat empat suku utama yaitu: Suku Aceh, Suku Gayo, Suku Alas dan Tamiang 


Suku Aceh merupakan kelompok mayoritas yang mendiami kawasan pesisir Aceh. Orang Aceh yang mendiami kawasan Aceh Barat dan Aceh Selatan terdapat sedikit perbedaan kultural yang nampak nya banyak dipengaruhi oleh gaya kebudayaan Minangkabau. Hal ini mungkin karena nenek moyang mereka yang pernah bertugas diwilayah itu ketika berada di bawah protektorat kerajaan Aceh tempo dulu dan mereka berasimilasi dengan penduduk disana. 
Suku Gayo dan Alas merupakan suku minoritas yang mendiami dataran tinggi di kawasan Aceh Tengah dan Aceh Tenggara. Kedua suku ini juga bersifat patriakhat dan pemeluk agama Islam yang kuat.

Setiap suku tersebut memiliki kekhasan tersendiri seperti bahasa, sastra, nyanyian, arian, musik dan adat istiadat. Kebudayaan Aceh sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Islam. Tarian, kerajinan, ragam hias, adat istiadat, dan lain-lain semuanya berakar pada nilai-nilai keislaman. Contoh ragam hias Aceh misalnya, banyak mengambil bentuk tumbuhan seperti batang, daun, dan bunga atau bentuk obyek alam seperti awan, bulan, bintang, ombak, dan lain sebagainya. Hal ini karena menurut ajaran Islam tidak dibenarkan menampilkan bentuk manusia atau binatang sebagai ragam hias. Aceh sangat lama terlibat perang dan memberikan dampak amat buruk bagi keberadaan kebudayaannya. Banyak bagian kebudayaan yang telah dilupakan dan benda-benda kerajinan yang bermutu tinggi jadi berkurang atau hilang. 


CIRI KHAS BUDAYA ACEH


Budaya aceh mempunyai prinsip yang disebut adab dan agama itu tidak ubahnya seperti zat dan sifat yang tidak dapat dipisahkan. Contoh: dari segi berbusana, idealnya busana aceh sangat sederhana yakni busana yang menutup aurat, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Dalam budaya aceh bagi anak laki-laki yang memakai anting disebut tidak waras (pungoe) karena anting itu adalah perhiasan bagi wanita. 





30/10 TINY WISDOM ON CARRYING STRESS

“Don’t let your mind bully your body into believing it must carry the burden of its worries.”  ~Astrid Alauda

It’s an easy thing to do. Our bodies and minds are so connected that stress and worry can actually cause disease.

We don’t have to be the victims of our anxieties. At any time, we can choose to alleviate the pressure.

We can take a break at any time. We can disconnect at any time. We can call a friend at any time. We can cry at any time. We can move at any time. We can hug at any time. We can stop at any time. We can breathe at any time.

Today, and this moment, is a perfect time to release the burden or your worries.

30/10 QS. AL-BAQARAH (2) : 13

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُواْ كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُواْ أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاء أَلا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاء وَلَكِن لاَّ يَعْلَمُون

 Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kalian sebagaimana manusia (lain) beriman", mereka menjawab: "Pantaskah kami beriman sebagaimana orang-orang bodoh itu beriman?" Ketahuilah, sungguh merekalah orang-orang bodoh, tetapi mereka tidak mengetahui

1). Orang yang menjadikan dirinya sebagai tolak ukur kebenaran, akan menilai orang lain yang tidak sama dengan dirinya sebagai tidak benar. Di sinilah berawalnya egoisme (bangga diri) dan fanatisme (bangga kelompok). Kalau begitu, lalu apa yang menjadi tolak ukur kebenaran? Tolak ukur kebenaran adalah Kebenaran itu sendiri. Kebenaran adalah suatu entitas yang berdiri sendiri, yang tidak membutuhkan yang lain. Kebenaran (al-Haq) itu tunggal (ahad), universal (kulli), sederhana (basith) dan meliputi (muhith). Maka Kebenaran itu tidak pernah tidak ada, karena tidak membutuhkan syarat apapun demi keberadaannya. Untuk itu, Kebenaran tidak perlu dicari, pun tidak perlu ditemukan. 

2). Bila kita menelusuri ayat-ayat yang menggunakan kata السُّفَهَاء (as-sufahā’, orang-orang bodoh) atau yang seasal kata dengannya, maka makna yang bisa difahami daripadanya ialah “ketidaktahuan” (yakni tidak punya ilmu). Sementara ilmu ini merupakan syarat pertama dan utama untuk sampai kepada tingkatan iman dan yaqin. Coba simak ayat ini: “Benar-benar rugilah orang-orang yang membunuh anak-anaknya karena bodoh (yaitu) tanpa ilmu, dan mereka mengharamkan apa yang Allah telah rezekikan kepadanya dengan mengada-adakan (dalih atau alasan yang dibuat-buat) atas nama Allah. Benar-benar mereka telah sesat dan mereka tidak (pantas) mendapat petunjuk.” (6:140) Ketidaktahuan atau kebodohan inilah yang mengantarkan manusia kepada penolakan terhadap kebenaran, dan bukan karena Kebenaran itu sendiri bermasalah. Dan Kebenaran itu aksiomatik (badihi), maka masuk akal jikalau al-Qur’an menyebut orang yang menolak Kebenaran sebagai “membodohi dirinya sendiri”, sebab pada hakikatnya sama saja dengan mengingkari eksistensi dirinya sendiri. 

3). Ketika berbicara soal al-fāsad (kerusakan) di ayat 12, Allah mengakhiri ayat itu dengan penggalan: lā yasy’uruwn (mereka tidak menyadari). Hal yang sama ketika membincang soal “menipu Allah”, juga diakhiri dengan: mā yasy’uruwn (mereka tidak menyadari). Tetapi ketika menjelaskan tentang iman dan kebodohan di ayat 13 ini, Allah mengakhirinya dengan klausa: lā ya’lamuwn (mereka tidak mengetahui). Inilah diantara kelebihan al-Qur’an; yaitu konsistensinya menganut epistemologi yang dibangunnya sendiri. Apabila berkenaan dengan “merasakan” (misalnya) banjir sebagai dampak dari penggundulan hutan atau split personality (keterpecahan pribadi) akibat kesenangan berdusta, maka yang cocok adalah “menyadari”. Karena keadaan “menyadari” terjadi manakala subyek yang “merasakan” sudah bersua dengan obyek yang “dirasakan”. Sehingga di sana tidak ada lagi jarak psikologis. Sementara kerja “mengetahui” dibutuhkan saat menguak rahasia-rahasia.

4). Dengan melihat penjelasan pada poin 1, 2, dan 3, dapat dimengerti betapa berbahayanya apabila kekuasaan berada di tangan orang seperti ini. Inilah yang menjelaskan kenapa manusia dan kemanusiaan selama ini hanya menjadi pelengkap penderita belaka dari kekuasaan mereka. Yang ada hanyalah diri mereka saja. Yang lain tidak dihitung. Yang lain diisolasi, dipojokkan, diputus akses-akesnya, dengan alasan (dan dengan dicitrakan bahwa) mereka adalah السُّفَهَاء (as-sufahā’, orang-orang bodoh). Maka supaya jangan termakan oleh ‘iklan murahan’ mereka, sejak awal Allah mengingatkan kita semua: Ketahuilah, sungguh merekalah orang-orang bodoh, tetapi mereka tidak mengetahui. Sehingga kalau kita selama ini menjadi korban kebijakan-kebijakan dan keputusan-keputusan ekonomi-politik mereka, itu semata karena kesalahan kita sendiri yang tidak mau menjadikan al-Qur’an sebagai kacamata untuk melihat realitas yang berlangsung di sekitar kita. Al-Qur’an hanya diagungkan tapi tidak pernah direnungkan.


AMALAN PRAKTIS
Anda boleh merasa benar, tapi jangan mudah menuduh orang lain tidak benar. Karena Anda nanti berhak disebut benar manakala sudah sampai kepada Kebenaran sejati. Dan itu hanya terjadi jikalau Anda telah “mengetahui”-Nya, “menyadari”-Nya, dan “merasakan”-Nya. Hebatnya lagi, setelah sampai di Sana, Anda justru tidak lagi membutuhkan “klaim”. Karena Kebenaran tidak butuh kepada apapun dan siapapun.

Monday, October 29, 2012

29/10 BACA: MATIUS 9 : 27 - 38

Tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka. —Matius 9:36
 
Lukas 10-13
_____________________________________________________

Memberi Pengaruh


Kisah Elizabeth sangatlah menyentuh. Setelah mengalami suatu peristiwa yang sangat memalukan dirinya di Massachusetts, Elizabeth naik bus ke New Jersey untuk menyembunyikan rasa malunya. Karena terisak-isak tanpa terkendali, ia tidak memperhatikan bahwa bus itu telah berhenti di suatu tempat. Ada seorang penumpang pria yang sama sekali tak dikenal Elizabeth telah duduk di belakangnya sepanjang perjalanan. Ketika pria itu akan turun dari bus, tiba-tiba ia berhenti, berbalik, dan berjalan mendekati Elizabeth. Ia melihat air mata Elizabeth lalu memberikan Alkitabnya seraya berkata bahwa mungkin Elizabeth membutuhkan Alkitab itu. Pria itu benar. Elizabeth tidak hanya membutuhkan Alkitab, ia juga memerlukan Kristus yang disebutkan di dalam Alkitab. Sebagai dampak dari tindakan belas kasihan yang sederhana dari seorang asing yang murah hati itu, Elizabeth menerima Kristus sebagai Juruselamatnya.


Yesus adalah teladan kita dalam hal berbelaskasihan. Di Matius 9, kita membaca, “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala” (ay.36). Tuhan kita tidak hanya memperhatikan derita dan rasa sakit dari orang yang hancur hati, Dia juga menanggapinya dengan menantang pengikut-Nya untuk berdoa kepada Bapa supaya mengirim pekerja untuk menolong mereka yang menderita dan menjawab kebutuhan dunia yang sekarat ini (ay.38).


Dengan Kristus sebagai teladan, kita dapat memiliki hati yang berbelaskasihan bagi orang-orang yang tak bergembala dan terdorong untuk memberikan pengaruh dalam hidup sesama. —WEC

Bapa, buka mataku untuk melihat penderitaan dan pergumulan
orang lain. Lalu buka hatiku untuk menanggapi mereka
sehingga melalui diriku mereka bisa melihat
Engkau dan kasih-Mu. Amin.

Dunia yang putus asa membutuhkan orang-orang Kristen yang peduli.

LEBAH TAK SUKA BERBUAT KERUSAKAN


Rasulullah saw. “Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih dan tidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya).” (Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Bazzar)
“Manusia paling baik adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lain.”

Antara lain, lebah senantiasa menjaga diri dengan mencari, memilih, dan memakan yang bersih dan baik.
Lebah selalu memakan saripati bunga.

Yang dikeluarkan lebah juga sangat bermanfaat bagi manusia. Contohnya, madu yang bisa digunakan untuk menjaga kesehatan dan menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Setiap lebah adalah pekerja keras, tanpa menunggu bertopang dagu dan menunggu belas kasihan. Hidup dengan mengedepankan persatuan dan menghindari pertengkaran dengan sesamanya juga ciri khas penting dari kehidupan lebah.

Yang tak kalah pentingnya adalah, bila tidak diganggu, lebah tak akan mengganggu.  Namun bila diganggu, mereka akan mengejar kemanapun pengganggunya lari.

Itu beberapa perilaku Lebah yang patut diteladani manusia.
Sesungguhnya dari alam kita bisa belajar banyak (ayat-ayat Kauniyah)

GO ORGANIC!

When it comes to buying fruits and vegetables that go easy on the earth, it's hard to beat organic. But what does organic really mean?
"Organic" refers to an earth friendly way of farming and processing foods using no synthetic chemicals to control bugs or weeds. Organic farming usually involves farming methods that help conserve soil and protect water supplies. Many organic farmers also plant specific bushes and flowers to attract beneficial insects and ward off unwanted pests. Milk and dairy products from cows that are not treated with hormones and antibiotics and are given organic feed are considered organic. If your food store doesn't yet carry organic food, ask the manager to explore the possibilities. You can also refer the manager to local organic farmers who would be eager to supply more stores with healthy produce.
  • Buy Organic (for less) at Farmers’ Markets
  • Most Important to Buy Organic: If you are picking and choosing the organic foods you buy keep in mind that not all organics are equal. Many fruits and veggies have been shown to have high levels of chemicals. Apples, bell peppers, celery, cherries, grapes (imported), nectarines, peaches, pears, potatoes, spinach, and strawberries all can have high levels of pesticide residue. Check out www.foodnews.org for more info and to get a copy of their free guide "Pesticides in Produce." Organic meat, eggs, and dairy don’t have toxins or agents believed to cause mad cow disease that non-organics might have. Consider organic baby food. Children are far more sensitive to low concentrations of toxic chemicals because of their developing organs and high metabolism.
  • Least Important to Buy Organic: While it would be nice to support organic farming all the time there are fewer environmental health reasons for buying organic asparagus, avocados, bananas, broccoli, cauliflower, corn, kiwi, mangos, onions, papaya, pineapples, and sweet peas. They all have consistently low levels of pesticide residue. Organic seafood can still contain mercury and other contaminants. Avoid fish high in mercury (like tuna and swordfish). Visit www.oceansalive.org for healthy fish. Cosmetics, lotions, and other personal care products labeled organic may only have a small fraction of organic ingredients. If you want to get more info rmation about toxics that may be present in your cosmetics check out www.ewg.org.
  • Benefits to Buying Organic: You’ve heard the old adage that you should wash your produce before you eat it, but why? Farms that use pesticides are permitted to distribute produce that have pesticide residue on the outside. While a single piece of organic fruit or vegetable produce may not carry specific health benefits over purchasing a non-organic product of the same variety, the way this produce is farmed certainly does. Because pesticides aren't used on plants and hormones aren't fed to animals, organic farming is much safer and healthier for the environment. ~ copas from :  http://www.earthshare.org

10 PEMUDA PENGUBAH DUNIA

DALAM RANGKA MEMPERINGATI HARI SUMPAH PEMUDA, MARILAH KITA IKUTI KISAH INSPIRATIF DI BAWAH INI, TENTANG 10 PEMUDA YANG MENGUBAH DUNIA:
http://www.ceritainspirasi.net/10-pemuda-pengubah-dunia/

29/10 TINY WISDOM ON ANXIETY

“I vow to let go of all worries and anxiety in order to be light and free.” -Thich Nhat Hanh

Only we can choose the way we feel–no one else.

We don’t have to be the victim of our circumstances, the people around us, or the things we can’t control. Some things may hurt us, and we’ll have feelings to deal with. But whenever we’re ready, we can choose to move on.

Want to feel happier? Spend some time doing something you enjoy. Want to feel peaceful? Take a break and breathe deeply or meditate. Don’t worry about the things you think you should be dwelling on–you can think about them again when you’re done.

Make the choice to be light and free today. No one else can make that choice but you.

~  copas from : http://tinybuddha.com

29/10 QS. AL BAQARAH (2) : 12

أَلا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِن لاَّ يَشْعُرُونَ

 Ketahuilah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang merusak, tetapi mereka tidak menyadari.

1). Setelah di ayat 8, ini adalah ayat kedua dimana Allah melakukan penyangkalan terhadap pengakuan subyektif orang munafiq. Di ayat 11 mereka mengkalim bahwa apa yang mereka lakukan bukan pengrusakan tapi pembangunan. Mereka mengakui bahwa perbuatan mereka itu adalah amalan orang-orang shaleh. Tetapi Allah kemudian menolak pengakuan mereka dengan mengatakan: Ketahuilah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang merusak, tetapi mereka tidak menyadari. Penggunaan kata “ketahuilah” di awal ayat hendak memberi kesan kepada penyimak bahwa tidak perlu menunggu hingga kejadian al-fāsad (decay, rottenness, decomposition, disintegration, corruption, depravation, deterioration, kerusakan)—sebagai akibat dari perbuatan tangan mereka—benar-benar terwujud baru percaya dan menyadari. Al-Qur’an adalah PETUNJUK (hudan), yang tidak saja menuntun manusia kepada kebenaran, tapi juga menuntunnya ke masa depan, agar manusia tidak menyesal di kemudian hari.  

2). Akhir ayat ini hampir sama dengan akhir ayat 9. Sama-sama berbuntut: “mereka tidak menyadari”. Kata “mereka” di sini tidak secara spesifik ditujukan kepada pelaku perbuatan tersebut—bahkan boleh jadi pelakunya sendiri menyadari akan risiko besar dari tindakan tersebut cuma mereka mengabaikannya karena telah terbutakan oleh syahwat kekuasaan duniawi. Maka kata “mereka” di ayat ini bisa berarti siapa saja, manusia mana saja, hidup di zaman apa saja, yang tidak bisa mengenal mereka (para pelaku kerusakan itu) dengan benar. “Mereka” adalah orang-orang yang tertipu oleh ‘sulap’ retorika mereka. “Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menakjubkan(hati)mu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya (bahwa dirinya adalah bagian dari para nabi, shiddiqyn, syuhada, dan orang shaleh), padahal ia adalah penantang yang paling keras.” (2:204)


AMALAN PRAKTIS
Berhati-hatilah saat akan melakukan suatu perbuatan. Karena boleh jadi perbuatan itu Anda anggap mendatangkan maslahat, padahal sebetulnya justru akan mendatangkan mafsadat. Maka sebelum bertindak, ambillah al-Qur’an dan terjemahannya, cari tema atau subyek perbuatan yang Anda akan lakukan dengan menggunakan buku indeks, pelajarilah ayat-ayat yang berkenaan dengan itu. Kemudian berlapang dadalah menerima apa kata Kitab Suci.

Sunday, October 28, 2012

MINGGU KE - 4 CCI - GAMELAN : EXCELLENT!

Minggu ke-4 latihan gamelan jatuh pada hari Minggu, 28 Oktober 2012. Hari ini ada tambahan lima orang anggota baru, walau belum resmi  :) Sesuai dengan semangat Sumpah Pemuda, anggota baru yang hadir adalah tiga remaja putri dan satu anak SD, beserta seorang bapak.

Latihan hari ini juga berjalan dengan sangat luar biasa! Para anggota baru dengan mudahnya dapat mengikuti latihan, sehingga lima lagu dasar kembali tuntas dimainkan, nyaris sempurna! Luar biasa! Yang sungguh mencengangkan, anak SD yang baru kali ini belajar gamelan, dapat dengan mudah  mengikuti instruksi dari Pak Radjin dan memainkan kelima lagu dasar dengan sangat lancar! Hal ini membuat kami semakin yakin, bahwa gamelan mudah dipelajari baik oleh yang tua, maupun yang muda.

Semoga semakin banyak anak muda yang tertarik untuk memainkan Gamelan Bali serta alat-alat musik tradisional lainnya. Karena, kalau bukan mereka, siapa lagi yang akan melestarikan budaya bangsa kita yang sangat kaya warna..

28/10 BACA: KISAH PARA RASUL 17:22-31

Sesungguhnya Tuhan ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya. —Kejadian 28:16

 
Lukas 7
_____________________________________________________



Sebuah lagu populer bertahun-tahun lalu yang berjudul From a Distance (Dari Jauh) menggambarkan suatu dunia yang harmonis dan damai. Liriknya mengatakan, “Allah mengawasi kita dari jauh.” Memang benar Allah mengawasi kita, tetapi bukan dari jauh. Dia hadir, dalam ruangan bersama Anda, tepat di hadapan Anda, menatap Anda dengan kasih yang tak terbatas dalam mata-Nya.


Saya terpikir tentang teladan dari biarawan Lawrence, yang selama bertahun-tahun bekerja di dapur untuk mencuci mangkok dan panci, dan memperbaiki sandal milik para biarawan lain. Ia menulis: “Sesering yang saya mampu, saya menempatkan diri sebagai penyembah di hadapan-Nya, mengarahkan pikiran saya pada kehadiran-Nya yang kudus.”


Itu menjadi tugas kita juga. Namun kita lupa dan terkadang perlu pengingat tentang kehadiran-Nya. Saya telah menancapkan sebatang paku tua pada rak di atas meja saya untuk mengingatkan saya bahwa Yesus yang telah disalibkan dan dibangkitkan itu senantiasa hadir. Tugas kita adalah mengingat untuk “senantiasa memandang kepada Tuhan” (Mzm. 16:8)—untuk menyadari bahwa Dia menyertai kita sampai kepada “akhir zaman” (Mat. 28:20) dan bahwa Dia “tidak jauh dari kita masing-masing” (Kis. 17:27).


Tindakan mengingat ini mungkin sesederhana menyegarkan kembali ingatan kita bahwa Tuhan telah berjanji untuk menyertai Anda di sepanjang hari dan berkata kepada-Nya, “Selamat Pagi,” atau “Terima Kasih,” atau “Tolong!” atau “Aku mengasihi-Mu, Tuhan.” —DHR

Begitu dekat, sangat dekat dengan Allah—
Aku tak bisa lebih dekat lagi:
Namun melalui pribadi Putra-Nya,
Aku dekat, sedekat Putra-Nya itu. —Paget

Allah itu jauh lebih dekat daripada sahabat kita yang terdekat sekalipun.

PROVERB OF THE WEEK

LAIN PADANG LAIN BELALANG, LAIN LUBUK LAIN IKANNYA

Tiap negeri atau bangsa, berlainan adat kebiasaannya.

28/10 STEP BACK & TURN TO REALITY

Those who wear the patched robe of a Zen wayfarer should be completely serious about taking death and birth as their business. You should work to melt away the obstructions caused by conditioned knowledge and views and interpretive understanding, and penetrate through to a realizations of the great causal condition communicated and bequeathed by the buddhas and ancestral teachers. Don't covet name and fame. Step back and turn to reality, until your practical understanding and virtue are fully actualized.

- Yuanwu (1063-1135)

28/10 QS. AL BAQARAH (2) : 11

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لاَ تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ قَالُواْ إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُون

 Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kalian merusak di bumi,” mereka menjawab: "Sesungguhnya kami (adalah) orang yang membangun."

 1). Setiap jiwa yang sakit pasti tercermin pada perbuatannya yang juga sakit, perbuatan yang merugikan manusia dan kemanusiaan, dalam jangka pendek ataupun dalam jangka panjang. Dan tanda sakit jiwa mereka berikutnya ialah saat mereka menklaim bahwa apa yang mereka lakukan adalah perbuatan bajik, memperbaiki masyarakat, membangun peradaban besar, dan sebagainya, walaupun secara pribadi mereka tahu persis bahwa semua yang mereka lakukan itu adalah demi memenuhi hasrat ego mereka semata.


2). Kata تُفْسِدُواْ (tufsiduw, kalian merusak) berasal dari kata fa-sa-da atau fa-su-da yang artinya rusak; maka lawannya ialah sha-lu-ha, yang artinya baik; kemudian bentuk mashdar-nya ialah فسادا (fasādan) yang artinya kerusakan. Bentuk aktifnya: af-sa-da (merusak), lawannya ash-la-ha (memperbaiki, membangun, beramal shaleh). Dengan demikian, فسادا (fasādan), kerusakan, bukanlah sesuatu yang terjadi karena kebetulan. Juga bukan karena bencana alam. Melainkan terjadi karena ada pelaku yang melakukan perbuatan af-sa-da (merusak). Simaklah ucapan Allah berikut ini:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya: “Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (30:41)


 3). Perbuatan al-fasād (kerusakan), karena daya rusaknya yang begitu besar, sering disejajarkan Allah dengan perbuatan mengingkari ‘janji’ (‘ahd) dngan Allah dan memutus tali silaturrahim. “Orang-orang yang mengingkari janji (dengan) Allah setelah mereka meneguhkannya (berikrar untuk mematuhinya) dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan untuk disambungkan (yaitu tali silaturrahim) dan mengadakan kerusakan di bumi, mereka itulah orang yang Allah kutuk dan bagi mereka (disiapkan) tempat kediaman yang buruk (Jahanam).” (13:25) Mengumpulkan ketiganya menjadi satu rangkaian ayat, sangat bisa difahami sebab tema utama al-Qur’an sebetulnya memang Cuma tiga macam: Tuhan, manusia dan alam. Ketiganya adalah satu kesatuan; yang satu tidak bisa dipisahkan dari yang lain. Maka kalau melanggar yang satu, sama dengan melanggar yang lainnya.

 4). Pengakuan palsu mereka bahwa "Sesungguhnya kami (adalah) orang yang membangun," tertolak oleh fakta yang menunjukkan kebalikannya. Pengakuan itu tidak lebih dari kampanye murahan untuk mengecoh masyarakat. Dan agar massa tetap memilih, mencintai, dan mempertahankannya. Agar buku sejarah tetap di tangannya. Agar tinta yang mereka goreskan di sana tetap berwarna emas. Penalaran yang ditawarkan al-Qur’an sangat gampang dicerna, oleh orang yang paling awam sekalipun. Renungkanlah ayat ini: “Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, kalau (seandainya) penduduknya مُصْلِحُون (orang-orang shaleh).” (11:117) Artinya, dengan binasanya peradaban-peradaban, kebudayaan-kebudayaan, kota-kota, dan negara-negara yang telah mereka bangun bersusash payah, menunjukkan bahwa mereka bukanlah orang yang shaleh.


AMALAN PRAKTIS
Diantara ciri orang munafiq ialah dengan tidak mau menghentikan rangkaian kebohongan mereka. Jelas-jelas kerusakan, masih disebut kebajikan. Kebohongan terdahulu selalu ditutupi oleh kebohongan berikutnya. Begitu seterusnya hingga tak pernah habis-habisnya, hingga menyita berjilid-jilid buku untuk menuliskannya. Cara memutus rangkaian itu cuma satu: jujur pada diri sendiri, jujur kepada masyarakat, jujur pada sejarah, jujur kepadaTuhan.

Saturday, October 27, 2012

27/10 BACA : YEREMIA 17 : 5 - 10

 TITANIC II

Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan! —Yeremia 17:5

Bacaan Untuk Setahun: Lukas 4-6

______________________________________________________



Mark Wilkinson membeli sebuah kapal yang panjangnya 4,8 meter untuk aktivitas memancing dan rekreasi. Tampaknya ia bukan orang yang percaya takhayul, karena ia menamai kapalnya Titanic II, sama seperti nama kapal mewah malang yang menabrak gunung es dan tenggelam pada tahun 1912. Awalnya pelayaran perdana Titanic II dari pelabuhan di Dorset, Inggris, berjalan lancar. Namun ketika Wilkinson menempuh perjalanan pulang, kapalnya mulai kemasukan air. Tak lama kemudian ia ditemukan sedang berpegang erat pada sebuah tiang sambil menanti pertolongan. Konon Wilkinson berkata, “Betapa memalukannya, dan saya agak kesal dengan orang yang bertanya apakah saya telah menabrak gunung es.” Masih ditambah cerita dari seorang saksi mata yang mengatakan, “Itu bukan kapal yang sangat besar—kupikir sebutir es batu pun bisa menenggelamkannya!”

Kisah Titanic II ini cukup ironis. Namun ini juga membuat saya berpikir tentang Titanic yang asli dan bahaya dari keyakinan yang salah tempat. Para pembuat kapal lintas lautan itu merasa sangat yakin jika kapal yang mereka bangun tidak dapat tenggelam. Namun betapa salahnya keyakinan mereka! Yeremia mengingatkan kita: “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!” (Yer. 17:5).

Kita semua tergoda untuk mencari rasa aman kita pada sesama manusia atau materi. Betapa seringnya kita perlu diingatkan kembali untuk mengabaikan keyakinan yang salah tersebut dan datang kembali kepada Allah. Apakah Anda mengandalkan sesuatu yang lain selain Allah? —HDF
Saat kami mengandalkan-Mu, Tuhan,
Kami akan seperti pohon yang tumbuh
Di tepi air yang mengalir,
Menghasilkan buah dan berdiri teguh. —Sper
Orang yang mengandalkan Allah tidak akan pernah dikecewakan.

5 SUMBER BUNYI DARI ALAT MUSIK

SUMBER BUNYI
1. Membranofon
Membranofon adalah kumpulan alat musik yang sumber bunyinya berasal dari membran atau selaput kulit yang diregangkan dan dipasang pada sebuah kotak atau tabung.
Contoh : tambur,genderang, rebana, tifa dan lain sebagainya.
2. Aerofon
Aerofon adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari getaran udara yang diatur oleh lubang-lubang atau lidah yang ada pada alat musik tersebut.
Contoh : seruling bambu. serunai , recorder dan lain sebagsinya.
3. Ideofon.
Ideofon adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari getaran alat musik itu sendiri.
Contoh : gong, angklung, gambang dan lain sebagainya.
4. Kordofon
Kordofon adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari dawai/tali/senar/corda yang bergetar karena dipetik,digesek,atau dipukul.
Contoh : rebab, kecapi , siter dan lain sebagainya.
5. Elektrofon
Elektrofon adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari aliran arus listrik.
Contoh : gitar listrik dan lain sebagainya.

27/10 ENLIGHTENMENT

Enlightenment means seeing into
your own essential nature,
and this at the same time means
seeing through to the essential
nature of the cosmos and of all things.

- Yasutani

27/10 QS. AL-BAQARAH (2) : 10

فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللّهُ مَرَضاً وَلَهُم عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ

 Di dalam qalbu mereka ada penyakit, lalu Allah menambah (terus) penyakitnya; dan bagi mereka (merasakan) siksa yang pedih, disebabkan apa yang mereka dustakan.

1.) Ketidaklurusan garis antara tiga titik (perbuatan-perkataan-jiwa) adalah penyakit yang bermula pada jiwa karena tidak ada perbuatan bertujuan yang tidak bermula dari jiwa—seperti telah dibahas sebelumnya (ayat 8 poin 4). Disebut مَّرَضٌ (disease, sickness, penyakit) karena sikap seperti ini bertentangan dengan sifat bawaan jiwa yang selalu ingin menggapai “yang benar”. Disebut penyakit apabila membuat sesuatu keluar dari kondisi normalnya. Semakin jauh sesuatu itu keluar dari kondisi normalnya semakin akut penyakitnya.

2). Apabila penyakit jiwa ini tidak segera disembuhkan, pada gilirannya akan membuat jiwa mengalami buta total. “… sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah qalbu yang (ada) di dalam dada.” (22:46) Di titik inilah, mereka hanya melihat agama tidak lebih dari sekedar tipuan belaka saja. “(Ingatlah), tatkala orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam qalbunya berkata: ‘Mereka (orang-orang mukmin itu) ditipu oleh agamanya’...” (8:49) Agar proyek mereka berhasil, agar Nabi tidak diterima oleh masyarakatnya, dan agar merekalah yang kelak menjadi penguasa di masa depan, mereka mencoba membalik fakta dengan mengatakan: “Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: ‘Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kita melainkan tipu daya’.” (33:12)

3). Informasi dari akhirat mengindikasikan bahwa keberhasilan orang-orang munafik itu bisa diukur dari semakin banyaknya umat yang tidak mengenal lagi imamnya—[catatan: sengaja kata “imam” dan “khalifah” (seperti tertulis dalam al-Qur’an) tidak diterjemahkan menjadi (misalnya) “pemimpin” karena yang terakhir ini mempunyai jangkauan makna yang terlalu luas sehingga bisa mengaburkan makna yang sesungguhnya]. Karenanya kebutaan hati menjadi perkara yang besar kelak di akhirat. 

4). Lalu apakah sifat nifaq (penyakit orang munafiq) tidak bisa disembuhkan? Tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya. Hanya saja cara satu-satunya untuk menyembuhkan penyakit nifaq ialah dengan bertobat, dengan kembali kepada kebenaran. “Kecuali orang-orang yang bertobat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikit pun.” (19:60) Firman Allah di tempat lain: “Dan bersegeralah kalian (kembali) kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan (hanya) untuk orang-orang yang bertakwa.” 

AMALAN PRAKTIS
Sayyidina Umar bin Khattab ra pernah berkata: hāsibuw anfusakum qabla antuhāsabu (hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab). Caranya: berhentilah mencari-cari ‘penyakit’ (kekurangan) orang lain. Renungkanlah secara mendalam, carilah satu persatu, jangan-jangan kita sendiri adalah bagian dari orang-orang yang dibicarakan di ayat ini. Kalau ada, jujurlah mengakuinya, dan mintalah kepada Allah agar Dia berkenan membantu menyembuhkannya. Karena Dialah Yang Maha Penyembuh.
 

Friday, October 26, 2012

26/10 BACA : YOSUA 2 : 1 - 14

Bukankah demikian juga Rahab, pelacur itu, dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya? —Yakobus 2:25

 
Lukas 1-3
______________________________________________________ 

Termasuk Wanita Itu?



Seandainya Anda melihat silsilah keluarga Anda dan menemukan keterangan ini tentang nenek buyut Anda: “Seorang pelacur, ia menyembunyikan musuh dari pemerintah di rumahnya. Ketika ditanya pihak berwenang, ia berdusta tentang hal itu.”

Bagaimana sikap Anda terhadap nenek buyut Anda? Menyembunyikan cerita tentang dirinya dari siapa pun yang bertanya tentang keluarga Anda? Atau sebaliknya menyanjung dan menghargainya sebagai bagian dari legenda kisah keluarga Anda?
Mari berkenalan dengan Rahab. Jika yang kita ketahui mengenai Rahab hanyalah apa yang tertulis dalam Yosua pasal 2, mungkin kita akan memasukkan Rahab dalam kelompok pengkhianat dan pemberi teladan yang buruk dalam Alkitab. Namun kisahnya tidak berhenti di sana. Matius 1:5-6 mengungkapkan bahwa Rahab adalah nenek buyut Raja Daud—dan Rahab masuk dalam silsilah keluarga Juruselamat kita, Yesus. Dan masih ada lagi. Ibrani 11:31 menyebut Rahab sebagai seorang wanita beriman yang diselamatkan dari runtuhnya kota Yerikho (lih. Yos. 6:17). Dalam Yakobus 2:25, tindakan penyelamatan yang dilakukan Rahab disebutkan sebagai bukti dari kebenaran imannya.

Demikian menakjubkannya kasih Allah. Dia dapat memilih orang dengan reputasi yang buruk, mengubah hidup mereka, dan menjadikan mereka sebagai teladan dari kasih dan pengampunan-Nya. Jika Anda merasa terlalu buruk untuk dapat diampuni atau jika Anda mengenal seseorang yang mempunyai perasaan seperti itu, bacalah kisah Rahab dan bersukacitalah. Jika Allah dapat menjadikan Rahab sebagai mercusuar kebenaran, ada pengharapan bagi kita semua. —JDB
Harga penebusan telah dibayar Juruselamat kita
Saat semua dosa kita ditanggung oleh-Nya;
Dia memikul kesalahan dan rasa malu kita
Sehingga kita bisa memuliakan nama-Nya. —D. De Haan
Besar atau kecil dosa-dosa kita, Yesus sanggup mengampuni semuanya.

20 FAKTA TERSEMBUNYI TENTANG KEBAHAGIAAN

Para ilmuwan melakukan penelitian untuk menyelidiki akar dari emosi yang positif ini. Mari kita simak bersama temuan mereka yang mencengangkan tentang kebahagiaan berikut ini.
1. Meski gen dan latar belakang pendidikan mempengaruhi 50% sifat bahagia yang dimiliki seseorang, namun keadaan sekitar (lingkungan dan pendapatan) ternyata hanya berpengaruh 10% saja.
40% sisanya dipengaruhi oleh penampilan luar dan aktivitas seseorang, termasuk hubungan, pertemanan, dan pekerjaan; bagaimana ia berhubungan dengan komunitas, serta keterlibatan dalam olahraga dan hobi.
2. Mood yang baik mengeluarkan aroma tersendiri. Para ilmuwan menemukan bahwa kita bisa menilai apakah seseorang sedang dalam keadaan mood/ tidak dari aroma tubuhnya.
Dalam sebuah percobaan, beberapa pria dan wanita diminta menonton film yang menyeramkan. Sementara asyik menonton, ketiak mereka diberi semacam bantalan khusus untuk menampung keringat yang dihasilkan.
Seminggu kemudian, para peneliti meminta orang lain untuk membedakan aroma mana yang memiliki mood baik dan mana yang ketakutan. Orang tersebut berhasil menebak dengan tingkat ketepatan yang mengejutkan.
3. Orang tua lebih puas dengan kehidupan mereka ketimbang kaum muda. Survei yang diadakan Centre for Disease Control and Prevention menemukan mereka yang berumur 20-24 tahun merasakan kesedihan rata-rata 3,4 hari per bulannya, sementara usia 65-74 tahun hanya 2,3 hari saja.
4. Jika Anda melakukan olahraga 20 menit, 3 kali seminggu, selama 6 bulan, maka perasaan bahagia Anda akan meningkat sebanyak 10-20%.
5. Mereka yang tergolong sangat bahagia ketika dideteksi lewat tes psikolog mengembangkan 50% antibodi lebih banyak daripada mereka yang mendapat vaksin flu.
6. Menurut para peneliti dari The World Database of Happiness dari Erasmus University di Belanda, Denmark merupakan negara paling berbahagia di dunia, diikuti oleh Malta, Switzerland, Iceland, Irlandia, dan Kanada.
7. Dalam klinik-klinik kesehatan di Amerika Serikat, tingkat depresi masyarakat meningkat 3-10 kali lebih banyak dibanding 2 generasi terdahulu.
8. Pendatang atau kaum imigran cenderung dipengaruhi karakter bahagia dari negara tujuan ketimbang negara asal mereka.
9. Pekerja yang lebih kaya cenderung lebih bahagia daripada mereka yang ‘miskin’, namun para peneliti memperkirakan mereka yang berbahagia cenderung memiliki potensi lebih besar untuk menjadi kaya.
10. Penderita stroke atau penyakit mengerikan lainnya memang sangat menderita dalam jangka waktu pendek, sesaat kemudian tingkat bahagia yang mereka rasakan tak jauh beda dari orang sehat rata-rata.
11. Saat menikah, kebahagiaan seseorang membubung tinggi, namun sesaat kemudian kebahagiaan mereka segera kembali ke level ketika sebelum menikah.
12. Kaum wanita cenderung mengalami titik puas terendah pada usia 37, sementara pria baru mengalaminya ketika berumur 42 tahun.
13. Tertawa sampai ‘perut’ sebanyak 100-200 dalam sehari memiliki dampak yang sama dengan olahraga keras, yaitu mampu membakar hingga 500 kalori.
14. Emas tidak menjamin kebahagiaan. Studi yang dilakukan terhadap para atlet Olimpiade menemukan bahwa pemenang medali perunggu lebih bahagia daripada peraih medali perak, dan kadang-kadang malah lebih bahagia daripada peraih medali emas.
Menurut tim psikolog asal Australia, Graham Winters, adalah lebih membahagiakan menjadi juara ketiga di saat Anda tak menduganya dibanding mendapatkan keistimewaan sebagai yang pertama.
15. Professor Michael Argyle yang banyak memimpin studi tentang kebahagiaan, mendapati bahwa di antara aneka kegiatan yang bisa membuat orang bahagia, seperti olahraga dan musik, yang paling berpengaruh adalah menari.
Hal ini dikarenakan menari atau berdansa melibatkan olahraga, musik, komunitas, sentuhan, dan aturan, yang meningkatkan kebahagiaan secara drastis.
16. Beberapa studi menunjukkan hewan peliharaan bisa mengurangi tekanan darah dan stres, serta mendongkrak kesehatan dan kebahagiaan.
17. Setelah kebutuhan dasar terpenuhi, sisa kekayaan hanya memiliki sedikit efek (atau tidak sama sekali) terhadap kepuasan atau kebahagiaan seseorang.
18. Seseorang yang memiliki hubungan stabil umumnya merasa bahagia daripada mereka yang single.
19. Dalam negara dengan tingkat pendapatan tinggi, seperti negara-negara Skandinavia, tingkat kebahagiaan cenderung lebih tinggi dibanding negara dengan tingkat penghasilan tak merata seperti USA.
Masyarakat cenderung memilih daerah dengan otonomi mandiri dan demokrasi langsung untuk meningkatkan pendapatan.
20. Menurut studi 40 tahun yang telah diperbarui oleh Universitas Harvard, bayi yang sering dipeluk dan ditimang cenderung tumbuh dalam kebahagiaan.
semoga bermanfaat…
sumber : kaskus

MAKANAN SUNDA BUHUN YANG SEMAKIN TERSISIHKAN

KEBERADAAN sebagian makanan tradisional Nusantara makin tergeser oleh berbagai menu masakan modern. Bahkan, sejumlah menu masakan tradisional bisa tergeser eksistensinya oleh menu tradisional lainnya yang lebih terkenal karena sudah banyak dibuat dan dipopulerkan oleh para peramu kuliner tradisional.

Jumlah menu masakan tradisional dari suatu provinsi saja sudah melimpah ruah. Apalagi jika dihitung secara nasional. Sepertinya para ahli memasak se-Indonesia akan kewalahan jika diminta untuk menggali kembali semua resep makanan tradisional di seluruh Nusantara dan menghadirkannya kembali di tengah masyarakat.

Bahan baku atau beberapa rempah-rempah untuk memasak sejumlah menu tradisional yang sulit dicari di pasaran menjadi salah satu penghambat untuk membuat kembali menu tradisional tersebut. Mereka pun akhirnya hanya memasak menu tradisional yang sudah populer seperti sayur asem, ayam goreng kunyit, atau gurame bakar saus kecap.

Nah, siapa yang masih memasak menu tradisional Sunda buhun seperti tumis ampas kecap, oseng picung, kadedemes sampeu, dan sambal daun tangkil di rumahnya? Sejumlah menu khas Sunda ini sepertinya mulai ditinggalkan, khususnya oleh warga yang tinggal di perkotaan karena bahan bakunya yang sulit didapat.

Chef Lily dari Hotel Jayakarta, yang mengikuti kegiatan pemecahan rekor MURI penyajian 99 masakan tradisional di Kota Baru Parahyangan, Minggu (18/3), mengatakan bahan baku tumis ampas kecap berupa kedelai hitam yang telah difermentasikan untuk pembuatan kecap sulit didapat di perkotaan.

 

"Padahal tumis ampas kecap adalah resep turun-temurun yang seharusnya bisa dilestarikan. Peminatnya juga sangat banyak. Masakan tradisional Sunda buhun memang salah satu menu yang paling diincar oleh pengunjung hotel kami. Mereka sangat menikmati cita rasa tradisional yang tertuang dalam berbagai masakan tradisional," kata Lily saat ditemui dalam acara tersebut.

Sebanyak 99 persen komentar dari para pengunjung Hotel Jayakarta yang merasakan masakan tradisional Sunda buhun, ucapnya, sangat positif. Mereka merasa sangat menikmati masakan ini dan seolah-olah terbawa kembali ke masa lalu ketika menyantap makanan serupa di kampung halamannya dulu.

Kreativitas warga dan para chef pun menentukan eksistensi masakan buhun. Sebab, lambat-laun, mau tidak mau, masakan buhun akan tergeser oleh jenis masakan lainnya. Hal tersebut akan terjadi jika rasa dan kreasinya tidak diolah sedemikian rupa sehingga tidak sesuai dengan lidah orang masa kini yang sudah dimanjakan dengan berbagai menu lainnya yang lebih populer.

Pada acara pemecahan rekor ini, Lily dan chef lainnya dari Hotel Jayakarta menyajikan menu andalan dengan resep masakan buhun, yakni tumis ampas kecap yang dikreasikan dengan potongan cabai hijau, oseng picung dengan petai, kadedemes sampeu yang terbuat dari kulit singkong, sambal daun tangkil khas Kuningan, pelas ikan peda, dan pindang ikan mas khas Majalaya bertabur potongan kunyit yang nyakrek. Para chef harus menjelaskan kembali menu-menu buhun ini kepada pengunjung karena banyak yang tidak mengenalnya.

Seorang pengunjung acara tersebut yang mengambil makanan khas Jawa Barat ini, Salma (34), mengatakan dirinya merasa senang karena bisa menemukan masakan favoritnya dulu, yakni tumis ampas kecap dan pindang ikan mas. Dia pun merasa terkejut ketika mencoba sambal daun tangkil yang menurutnya hasil kreasi yang unik dan enak.

"Terakhir kali saya makan tumis ampas kecap itu pas saya belum menikah. Saya malahan sempat lupa kalau makanan ini favorit saya. Mungkin gara-gara ampas kecapnya yang sulit didapat di Bandung, ya. Picungnya juga mirip masakan ibu saya dulu. Kampungan sih kata orang mah menunya. Tapi da enak," kata perempuan kelahiran Sumedang ini.

Menurut dia, masyarakat kini memiliki pengetahuan tentang masakan tradisional yang cenderung menyempit. Kebanyakan hanya mengetahui berbagai masakan tradisional yang populer, sedangkan berbagai masakan tradisional yang bahan bakunya sulit didapat cenderung ditinggalkan.

Indonesian Chef Association (ICA) BPD Jawa Barat berhasil memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan membuat deretan buffet berisi 99 menu masakan tradisional Indonesia dari 33 provinsi dan dikerjakan oleh 33 executive chef dari 33 hotel berbintang di Jawa Barat.

Pemecahan rekor ini merupakan bagian dari rangkaian acara Localicious Chef and Food Festival di Bale Pare, Kota Baru Parahyangan, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Minggu (18/3). Kegiatan ini dihadiri ratusan warga yang bisa mencicipi 99 menu tersebut dengan pola penyajian all you can eat di Exhibition Hall Bale Pare.

Pada proses pemecahan rekor, para chef terlebih dulu mempersiapkan berbagai bahan dan mengolahnya dalam tahapan persiapan di hotel masing-masing. Kemudian, finishing, yang merupakan proses memasak, dilakukan di kawasan Bale Pare sejak pukul 07.00 sampai dua jam kemudian. Proses memasak pun diawasi ketat oleh tim dari MURI.

Kepala Pengembangan Sumberdaya Manusia ICA BPD Jawa Barat, Rohendi, mengatakan pembuatan rekor tersebut telah ada tahun lalu di Jakarta. Dengan adanya pemecahan rekor ini, ICA berhasil merebut gelar tersebut dengan menyajikan 2.475 porsi dari total 99 jenis masakan.

"Kesulitan dalam pemecahan rekor ini adalah mengumpulkan 33 executive chef dalam satu waktu dan tempat karena sebenarnya jadwal mereka berbeda-beda. Setelah dibicarakan, setiap chef sepakat akan membuat tiga menu masakan tradisional dari  setiap provinsi. Akhirnya, kami berhasil memecahkan rekor ini," kata Rohendi saat ditemui di sela kegiatan pemecahan rekor.

Manajer MURI, Jusuf Ngadri, mengatakan pemecahan rekor lainnya dengan kategori penyajian berbagai jenis masakan Nusantara masih terbuka lebar. Sebab, dalam acara pemecahan rekor oleh ICA ini, hanya disajikan tiga menu masakan dari tiap provinsi.

"Contohnya, dari Jawa Barat saja hanya ditampilkan tiga menu tradisional pada acara pemecahan rekor ini. Padahal, terdapat puluhan bahkan lebih menu masakan tradisional di Jawa Barat yang bisa digali dan dimunculkan kembali kepada masyarakat," kata Jusuf. (*)


Penulis : sam
Editor : dar
Sumber : Tribun Jabar

26/10 YOU MUST BE THE CHANGE YOU WISH TO SEE IN THE WORLD ~ Mahatma Gandhi

When we look at the world around us, with its many serious problems, including poverty, injustice, war, overpopulation, and environmental degradation, it’s all too easy to become either angry and frustrated on the one hand or passive and despondent on the other. But not only are these responses ineffective at bringing about change, they are also part of the problem to begin with.

In order to bring about positive change in the world we need not only engagement with the outer world, but also engagement with our inner world. If we want to see greater awareness in the world, we have to cultivate awareness. If we want to see greater harmony and less strife we need to learn to become more adept at handling our emotions and learn to respond to frustrations with more patience and kindness than we do at present.

Meditation can of course help here — a notion that Mahatma Gandhi would have agreed with. Meditation helps us to recognize unhelpful emotional patterns and to develop the mental freedom to choose more helpful responses. The cultivation of mindfulness helps especially with the former of these and the cultivation of lovingkindness helps us to find alternative and more compassionate responses.

It’s not easy, but meditation helps us to be the change we wish to see in the world.


26/10 QS. AL-BAQARAH (2) : 9

يُخَادِعُونَ اللّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلاَّ أَنفُسَهُم وَمَا يَشْعُرُونَ

Mereka (bermaksud) menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal tiadalah yang mereka tipu kecuali dirinya sendiri, cuma mereka tidak menyadari.

1). Maksud yang mereka pendam di benaknya inilah yang menyebabkan golongan manusia jenis ketiga ini mendapat catatan penting dari al-Qur’an. Karena, sejujurnya, kebohongan bisa kita temukan dimana-mana dan di setiap saat. Orang yang mendua antara perkataan dan hatinya dengan mudah kita jumpai di sekitar kita. Tetapi manusia yang dibincang oleh ayat 8 hingga ayat 20, lain daripada yang lain. 

Coba perhatikan betapa sangarnya “maksud” yang mereka pendam itu: hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman. Tidak tanggung-tanggung, yang mereka mau tipu bukan istri, bukan suami, bukan teman, bukan majikannya, tetapi Allah, Tuhan semesta alam, Tuhan yang Maha Melihat, Maha Mendengar, dan Maha Mengetahui. Hebat sekali. Artinya, kalau Allah saja mereka berani tipu, apalagi kalau cuma sesamanya manusia. 

2). Di ayat ini Allah menyandingkan diri-Nya dengan orang-orang yang beriman. Ini berarti orang yang beriman yang dimaksud pasti bukan dalam pengertiannya yang predikatif, bukan sekedar penyandang gelar “orang beriman”. Penyandingan dirinya dengan orang beriman menunjukkan bahwa orang beriman yang dimaksud bukan orang sembarangan, melainkan mereka yang menenggelamkan seluruh cita-cita hidupnya ke dalam bahtera penegakan Pemerintahan Allah di dalam dada-dada manusia. Mereka yang telah mengidentifikasi dirinya secara istiqomah bersama shiratal-ladzyna an’amta ‘alayhim (1:7)—yaitu para nabi, shiddiqyn, syuhada, dan orang-orang saleh. Maka yang dimaksud dengan “menipu Allah dan orang-orang yang beriman” ialah menipu cita-cita mereka agar cita-cita mereka tersebut tidak terwujud di muka bumi, sehingga para penipu ini tetap bisa berkeliaran dengan merusak dan memperdaya manusia.

3). Klausa “padahal tiadalah yang mereka tipu kecuali dirinya sendiri” menunjukkan bahwa setiap keburukan dan kejahatan yang kita lakukan selalu yang paling pertama jadi korbannya adalah diri sendiri. “Jika kalian berbuat baik (berarti) kalian berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kalian berbuat jahat maka kejahatan itu (pun) bagi dirimu sendiri…” (17:7). Sehingga, pada dasarnya tidak ada pelaku kejahatan yang berhasil. Karena hakikatnya mereka hanya menipu diri sendiri. Penjelasannya: tidak ada perbuatan bertujuan yang terjadi secara refleksif; semua perbuatan bertujuan—sebelum jadi perbuatan—pertama kali muncul di hati pelakunya. Namanya niat atau rencana. Dan karena hati sifatnya nonmateri, maka baru niat atau rencana saja pun sudah sama pengaruhnya (terhadap jiwa) dengan melakukannya secara aktual. Maka menyimpan niat atau rencana jahat pun sudah menghancurkan jiwa pelakunya. Semakin banyak dan semakin sering kita berniat jahat semakin rusak jiwa kita. Sementara yang disebut bahagia ialah saat jiwa hanya dihuni oleh niat baik. Semakin banyak kita berniat baik semakin tinggi tingkat kebahagiaan yang dirasakan.

4). Problem terbesar dalam diri manusia, kaitannya dengan perbuatan, adalah “kesadaran” (Arab: syu’uwr, Inggris: feeling, sentiment, awareness). Karena sangat jamak terjadi dimana perbuatan mendahului kesadaran (akan risiko atau dampak) dari perbuatan tersebut, bukan hanya oleh pelaku perbuatan tersebut tapi juga oleh orang lain. Semakin sistematik suatu perbuatan jahat semakin lama pula baru kelihatan dampak buruknya, juga semakin sulit pula bagi masyarakat kebanyakan untuk mengenalinya. Dalam konteks inilah, masyarakat atau massa paling sering jadi korbannya. Perjalanan peradaban-peradaban adalah narasi timbul tenggelamnya pelaku-pelaku kejahatan sistematis seperti ini. Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah cerita horror yang menghiasi halaman panjang buku-buku sejarah kemanusiaan kita. Itulah diantara sebab nabi demi nabi di utus, agama demi agama dihadirkan: وَمَا يَشْعُرُونَ [dan (sayangnya) mereka tidak menyadari]. Agar kejadian kelam seperti itu tidak terus-menerus terulang, maka kenalilah mereka dengan baik: “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (bermaksud) menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (4:142)

AMALAN PRAKTIS
Agar kesadaran Anda tidak didahului oleh perbuatan Anda, maka simaklah secara saksama ayat demi ayat dari al-Qur’an. Karena di sana Allah—Penguasa yang tak diikat oleh ruang dan waktu—menuntun Anda menyambut masa depan yang masih ghaib oleh seluruh manusia. Kalau tidak, jangan-jangan—tanpa Anda sadari—Anda adalah termasuk orang yang sedang menipu Allah. Na’uzu billah…!!!

Thursday, October 25, 2012

25/10 BACA : MAZMUR 145 : 1 - 13

Aku akan merenungkan kemuliaan-Mu, kemegahan-Mu, keagungan-Mu, dan mujizat-mujizat-Mu. —Mazmur 145:5
 
Markus 14-16
_____________________________________________________

Memandang Kembali Kemuliaan



Setiap musim panas, ribuan pemirsa acara Good Morning America menetapkan pilihan mereka tentang “Tempat Terindah di Amerika”. Saya sangat gembira ketika diumumkan bahwa pemenang untuk tahun 2011 adalah Danau Sleeping Bear Dunes yang terletak di Michigan, tempat saya tinggal. Terus terang, saya tak menduga jika tempat yang terpilih sebagai pemenang itu terletak di dekat tempat tinggal saya. Ini mengingatkan saya suatu peristiwa ketika saya dan istri saya, Martie, mengunjungi air terjun Niagara. Seorang pria memperhatikan tingkah laku kami sebagai wisatawan dan mencemooh, “Pemandangan ini tak ada istimewanya. Saya melihatnya setiap hari.”

Betapa mudahnya kita menjadi terbiasa dengan lingkungan di sekitar kita dan merasa jemu terhadap hal-hal yang biasa kita lihat—termasuk berbagai tempat dan pengalaman yang pernah membuat kita sangat senang. Meski keagungan Allah dengan jelas tampak di sekitar kita, terkadang kesibukan sehari-hari menghalangi pandangan kita. Kita menganggap karya Allah yang agung dalam kehidupan sebagai sesuatu yang biasa. Kita kehilangan kekaguman akan salib. Kita melupakan hak istimewa bahwa kita telah menjadi anak-Nya. Kita mengabaikan sukacita dari kehadiran-Nya dan tak lagi menemukan keindahan dalam ciptaan-Nya.

Saya menyukai pernyataan pemazmur: “Aku akan merenungkan kemuliaan-Mu, kemegahan-Mu, keagungan-Mu, dan mukjizat-mukjizat-Mu” (Mzm. 145:5 fayh). Mari sediakan waktu hari ini untuk merenungkan “mukjizat-mukjizat” Allah dan sekilas memandang kembali kemuliaan-Nya! —JMS
Atas tiap kurnia pada pagi dan petang,
Atas bukit dan lembah, surya bintang cemerlang.
Tuhan, Raja semesta, bagi-Mu
Syukur, syukur, puji dan sembah. —Pierpoint
(Kidung Jemaat, No. 54)
Jika semua diciptakan begitu indahnya, betapa terlebih mulia Dia yang menciptakannya! —Antony dari Padua