Thursday, January 17, 2013

NGANGGUNG - BUDAYA BANGKA YANG MULAI PUNAH

Sebagai  bagian dari rentang dan rumpun tanah Melayu, Pangkalpinang memiliki beragam adat istiadat dan budaya. Keanekaragaman etnis dari berbagai nusantara membentuk budaya yang unik dan menarik, serta kesenian tradisional yang terus berkembang pesat. Salah satunya adalah tradisi "Nganggung".

Nganggung, merupakan tradisi gotong royong masyarakat Kota Pangkalpinang yang dilakukan dalam rangka peringatan atau perayaan hari besar Agama Islam dan juga dalam rangka menyambut tamu-tamu yang dihormati masyarakat. Dalam kegiatan ini setiap keluarga atau setiap rumah menyediakan makanan untuk dibawa ke masjid atau balai pertemuan untuk dimakan secara bersama-sama. Jenis makanan yang disajikan sesuai dengan status dan kemampuan keluarga tersebut. Makanan tersebut kemudian ditata di atas dulang kuningan atau tampi yang ditutup dengan tudung saji yang terbuat dari daun pandan atau daun nipah, lalu dibawa dengan cara di"anggung" atau dipapah di bahu. 


Tradisi Nganggung ini sering juga disebut dengan adat Sepintu Sedulang. Tradisi ini biasanya dilakukan pada upacara-upacara keagamaan, seperti Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, Mauludan, Isra Mi'raj, Nuzulul Qur'an Nisfu Sya’ban, Muharram dan pada hari besar Islam lainnya. Kegiatan Nganggung biasanya dilakukan di masjid, dan di Kota Pangkalpinang, sering dilaksanakan Nganggung Akbar di Rumah Dinas Walikota setelah dilaksanakan pawai Taaruf.




Dikabarkan bahwa belakangan budaya ini mulai terkikis modernisasi, padahal warisan kebiasaan turun-temurun untuk mempererat tali silaturrahim ini sarat dengan nilai kearifan lokal. Untuk itu pemerintah daerah setempat  akan mulai menumbuhkan kembali kebudayaan ini, tetapi dilaksanakan dalam kemasan berbeda, yang disesuai kan dengan perkembangan zaman. Apabila sebelumnya hanya masyarakat yang membawa makanan untuk menyambut para pejabat yang berkunjung, maka kali ini para pejabat yang berkunjung juga akan membawa makanan, dan pada acara silaturahim dengan masyarakat ini, selain berkenduri, akan juga dilaksanakan tanya jawab antara pejabat dan masyarakat setempat, agar langsung memperoleh masukan tentang kebutuhan masyarakat setempat, sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang mandiri dan sejahtera,



Semoga budaya yang baik ini dapat dicontoh masyarakat daerah lainnya, sehingga masyarakat yang berazaskan musyawarah mufakat, yang diidamkan para pendiri negara ini, dapat terwujud. aamiin.






No comments:

Post a Comment